Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Pancasila", Penangkal Petaka Harga Barang Kebutuhan Pokok

24 Maret 2018   15:19 Diperbarui: 24 Maret 2018   15:47 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERSOALAN klise saat menjelang atau selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) adalah melonjaknya harga barang kebutuhan pokok di pasaran. Pelonjakan harga yang terkesan diskenario oleh para oknum di dalam pendistribusian barang kebutuhan pokok tersebut mengakibatkan banyak anggota masyarakat kelimpungan.

Terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, persoalan mengenai melonjaknya harga barang kebutuhan pokok akan menjadi petaka ketika merayakan HBKN. Mengingat banyak di antara mereka yang terpaksa mengatasi masalah dengan masalah berlipat seperti menggadaikan barang berharga di pegadaian, menggadaikan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BKKB), atau hutang pada bank pasar (bank plecit) dengan bunga yang mencekik leher.

Melonjaknya harga barang kebutuhan pokok semisal beras, daging, telor, minyak goreng, gula pasir, dll yang dijual di pasar hingga di warung-warung kecil tersebut tidak dapat dilepaskan dari pihak distributor barang kebutuhan pokok yang ingin memancing di air keruh, memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan. Mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengorbankan kepentingan primer masyarakat kecil.

Selain persoalan tersebut, melonjaknya harga barang kebutuhan pokok pula sering mengakibatlan munculnya beberapa jenis barang dengan harga relatif murah di pasaran, namun sudah kedaluwarsa sehingga tidak layak dikonsumsi masyarakat. Realitas buruk inilah yang kemudian memberikan citra buruk mengenai ketidakberesan perdagangan di dalam negeri di saat ambang atau selama HBKN.

Antisipasi Pemerintah

MUNCULNYA kasus mengenai pelonjakan harga barang kebutuhan pokok di pasaran tersebut memicu perhatian Pemerintah Pusat. Sehingga Peremerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang bersinergi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap munculnya kasus tersebut.

Perihal upaya Pemerintah Pusat untuk menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok agar tidak menimbulkan masalah besar bagi masyarakat, yakni: pertama. mengidentifikasi ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok dan memantau harga barang secara nasional.  

Kedua, mengidentifikasi kesiapan instansi dan pelaku usaha untuk menghindari kekurangan stok atau gangguan distribusi bahan pokok. Sementara terakhir, meningkatkan pengawasan terhadap bahan pokok yang beredar di pasaran agar masyarakat terhindar dari barang kedaluwarsa, impor, atau selundupan yang tidak aman dikonsumsi.

Langkah-langkah antisipatif yang ditempuh Pemerintah Pusat sejatinya mampu mengatasi kasus melonjaknya harga barang kebutuhan pokok. Akan tetapi, realitasnya masih terdapat praktik dari para oknum yang memerlambat pendistribusian barang kebutuhan pokok di pasaran. Demkian pula, munculnya beberapa jenis barang berkualitas rendah dengan harga terjangkau oleh kocek masyarkat kecil.

Fakta di muka menunjukkan bahwa sebagian distributor barang kebutuhan pokok cenderung sebagai budak ekonomi yang berorientasi pada keuntungan finansial semata, dan bukan sebagai insan sosial yang peduli pada kebutuhan primer masyarakat berpenghasilan rendah.

Hukum dan Pancasila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun