Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggagas Videotronisasi Puisi Ruang Publik

15 Maret 2018   12:01 Diperbarui: 15 Maret 2018   12:25 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.iklanvideotron.com

PUISI merupakan bentuk pengekspresian dari seorang penyair atas pengalaman empirik puitiknya yang diolah melalui kekuatan imaji, intuisi, dan logika. Tentu saja, pengekspresian pengalaman empirik puitik tersebut niscaya memberikan pemerdekaan ruang interpretatif kepada apresian dalam waktu tidak terbatas. Dikarenakan diksi, majas, metafor, dan simbol dalam puisi tidak mengisyaratkan interpretasi tunggal (one interpretation); melainkan multi interpretasi (multi-interpretaion).

Berpijak dari pemikiran di muka, maka puisi dapat dijadikan indikasi mengenai peradaban manusia. Karenanya, puisi yang merefleksikan gejolak sosial, budaya, kehidupan personal, religiusitas, dll dimaknai sebagai kontribusi gagasan kreatif penyair kepada publik.

Puisi Ruang Publik

MUNCUL pendapat bahwa puisi perlu disosialisasikan secara outdoor di ruang apresiasi publik. Pengertian lain, puisi bukan sekadar disosialisasikan secara indoor melalui media massa, media sosial, atau dibaca di dalam gedung kesenian. Karenanya puisi layak dipublikasikan melalui videotron yang bisa dibaca publik saat menunggu datangnya lampu hijau di pertigaan, perempatan, atau perlimaan jalan raya. Dengan membaca puisi tersebut, publik dapat menangkap nilai-nilai kearifan yang tersirat di dalamnya.

Melihat peran pemublikasian puisi ruang publik melalui videotron (Videotronisasi Puisi Ruang Publik) sebagai penyelaras hubungan manusia dengan laju perkembangan digital, maka proyek tersebut layak disosialisasikan dan kemudian berupaya untuk direalisasikan. Sebagai langkah awal sosialisasi yang paling efektif seperti penciptaan dan pameran puisi di tempat-tempat umum yang strategis. Tetapi kerja sosialisasi tersebut tetap berprinsip memerindah lingkungan. Mengingat capaian target dari kerja sosialisasi tersebut bukan sekadar untuk mengembangkan puisi, melainkan sebagai upaya penyelamatan peradaban manusia.  

Selanjutnya tahap realisasi proyek Videotronisasi Puisi Ruang Publik. Agar proyek tersebut bisa terwujud, perlu dukungan dari para penyair, sastrawan, seniman, budayawan, pemerintah, sponsor dan funding, serta masyarakat. Apabila proyek sudah  terwujud, kehidupan perpuisian di Indonesia akan semakin mengukuhkan eksistensi penyair sebagai pembangun peradaban manusia di tengah lingkungan sosial yang sedang sakit. Bukan sekadar memerkokoh penyair sebagai manusia setengah dewa di menara arogansi.

Berkat proyek Videotronisasi Puisi Ruang Publik, hendaklah para penyair tidak mudah termabuk-mabuk. Mengingat tujuan dari proyek tersebut sebagai pembuka katup komunikasi  kreatif antara para penyair dengan publik. Selain itu, hendaklah para penyair tidak mudah terjebak pada kepentingan elite politik dan industri. Mengingat sekali terjebak, para penyair akan terbelokkan visi dan misi humanioranya. Sehingga puisi yang diciptakan para penyair cendrung bersifat sloganis-politis atau sloganis-industrialis. Karenanya sebagai  kreator, para penyair harus tetap konsisten dengan suara hati nuraninya yang terdalam.

Sekadar Harapan

BILA proyek Videotronisasi Puisi Ruang Publik tersebut terwujud hendaklak diarahkan sebagai media kontrol terhadap arus mekanisasi humaniora. Sehingga di tengah zaman yang sakit, banyak manusia terbebas sebagai korban politik dan industri, sampah yang terbawa arus ke muara jahiliyah, atau buih yang terombang-ambing di pantai.

Terakhir ditandaskan bahwa gagasan di muka hendaklah diterjemahkan sebagai bentuk kepedulian dari salah seorang anak manusia yang hidup di tengah gebalau zaman. Hendaklah pula gagasan tersebut dijadikan sebagai inspirasi di dalam membentengi ancaman terhadap peradaban manusia yang rentan digerogoti virus politik dan industri. [Sri Wintala Achmad]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun