SEJAK lampu-lampu dinyalakan, Rabiah sudah selesai memasak dan membasuh tubuh rentanya di sumur belakang rumah. Sambil mendengarkan campursari yang dipancarkan oleh salah satu stasiun radio swasta, Rabiah menghabiskan makan malamnya di ruang dapur dekat rak piring.
Tak ada yang dilakukan Rabiah selepas senja, selain ingin menikmati malam pergantian tahun dari dalam ruang tidurnya. Rabiah membuka jendela kayu. Matanya menangkap beberapa bintang di antara gumpalan-gumpalan awan. Beberapa bintang yang mengingatkan kenangan terpendam di balik duabelas lapisan bulan.
***
Januari. Bersama rintik gerimis yang menyerupai taburan melati, Rabiah mempersembahkan air mata paling berharga kepada suaminya. Darto yang berpulang ke alam keabadian. Berkereta keranda yang dipanggul empat manusia berbaju putih. Diarak puluhan pelayat menuju makam yang tidak jauh dari rumahnya.
Betapa Rabiah merasa kehilangan atas kepergian Darto. Lelaki yang selama empatpuluh tahun menyerupai duri pelindung kemawarannya. Lelaki yang telah berulang kali menyemprotkan benih kasih di ladang rahimnya. Hingga lahirlah empat buah hati di permukaan bumi: Kandar, Rastam, Lindri, dan Bintari. "Darto, aku sangat mencintaimu!"
***
Pebruari. Rabiah terguncang jiwanya. Kandar yang telah diketahui sebagai teroris menjadi buron negara. Jiwa Rabiah semakin terguncang ketika mendengar berita lewat televisi tetangga. Berita itu menyatakan bahwa korban bom hasil kejahatan anak sulungnya yang menghancurkan salah satu hotel bintang lima di ibukota telah mencapai 513 orang: 199 laki-laki dewasa, 156 perempuan, dan selebihnya anak-anak. "Neraka bagimu, Kandar!"
***
Maret. Rabiah rajin berdoa saat tengah malam. Memohon kepada Tuhan atas keberhasilan anak-anaknya. "Ya Tuhan, wujudkan impian Rastam untuk menduduki jabatan pimpinan perusahaan milik Tuan Gapur. Pertemukan Lindri dengan jodohnya. Berikan kemudahan pada Bintari yang bekerja di negara tetangga untuk mendapatkan gaji banyak. Amin!"
***
April. Seperti flamboyan di musim kemarau, wajah Rabiah semburat merah. Kebahagiaan mengalir bersama darah dan napasnya. Doa Rabiah terkabulkan. Rastam diangkat sebagai pimpinan perusahaan milik Tuah Gapur. Lindri menemukan jodohnya. Bintari mengirimkan uang kepada emaknya itu cukup buat setahun. "Alkhamdulillah!"