Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petuah Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Anak

7 Maret 2018   18:56 Diperbarui: 7 Maret 2018   19:18 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adam dan Hawa diciptakan Tuhan berdasarkan cinta-kasih. Berkat sepasang manusia yang semula hidup di Taman Eden kemudian diturunkan ke dunia oleh Tuhan sesudah melanggar larangan-Nya yakni menyantap buah hayat (khuldi) tersebut menjadi sarana berkembangnya umat manusia.

Diakui bahwa seluruh umat manusia memiliki tujuan agar bumi terbebas dari perang dan bencana. Bumi yang teratur, tenteram-damai, dan makmur-sejahtera karena dijaga oleh umat manusia yang memiliki cinta-kasih kepada alam seisinya. Mencintai alam seisinya identik mencintai Tuhan Sang Maha Raja Semesta Raya.

Namun cinta-kasih yang saya kemukakan ini sangat susah direalisasikan oleh umat manusia di dalam kehidupan. Mengingat cinta-kasih yang membutuhkan pengorbanan terhadap bumi seisinya tersebut harus didasarkan rasa ikhlas (tanpa pamrih). Pengorbanan yang ditujukan untuk merealisasikan perdamaian seluruh bangsa di dunia. Termasuk bangsa Indonesia.  

nu.or.id
nu.or.id
Agar cinta-kasih bisa menjelma ke dalam jiwa setiap umat manusia, orang tua (guru) harus memulai mendidik anak-anak berlandaskan cinta-kasih. Artinya, pendidikan tidak selalu memenuhi atau mengekang seluruh harapan anak-anak. Sebab itu, petuah Ki Hajar Dewantara yang berhubungan  dengan pendidikan anak bisa dijadikan sebagai pedoman oleh seluruh orang tua (guru).

Pendidikan kepada anak-anak, menurut Ki Hajar Dewantara, di mana orang tua (guru) harus melaksanakan tiga hal, yakni: pertama, ing ngarsa sung tuladha. Artinya: bila sedang memimpin anak-anaknya, orang tua (guru) harus memberi contoh yang baik. Contoh yang tidak sekadar berhenti di ujung lidah, namun harus diwujudkan ke dalam tindakan konkrit.

https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id
https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id
Kedua, ing madya mangun karsa. Artinya: bila di tengah anak-anak, orang tua (guru) harus menyalakan spirit mereka di dalam meraih cita-cita. Cita-cita yang berguna untuk kehidupan mereka di masa sekarang dan di masa datang. Masa yang semakin menantang atau menguji ketangguhan jiwa dan keberanian mereka.

Ketiga, tut wuri handayani. Artinya: bila berada di belakang anak-anak, orang tua (guru) harus memberikan dukungan sepenuhnya terhadap tujuan positif mereka. Dukungan yang akan menjadi pusaka sakti bagi mereka di dalam mewujudkan cita-cita. Sebab itu, orang tua (guru) harus memberikan anak-anak berupa wur (dukungan berupa harta dan benda), tutur (dukungan berupa nasihat), atau sembur (dukungan berupa doa). 

Ajaran Ki Hajar Dewantara yang saya diuraikan di muka seyogianya diamalkan oleh orang tua (guru) di dalam mendidik anak-anak. Semua itu ditujukan agar anak-anak menjadi ksatria bangsa dan negara yang memiliki cinta-kasih kepada alam seisinya. Cinta-kasih yang akan menjadi sinar terang di dunia. Sehingga dunia akan terbebas dari perang dan bencana. Teratur, tenteram-damai, dan makmur-sejahtera selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun