Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sedekah Laut Bukan Sekadar Barang Dagangan

6 Maret 2018   08:15 Diperbarui: 6 Maret 2018   15:31 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: radarbanyumas.co.id

Sekalipun pengaruh modernisasi terus menggerus serupa air bah di tengah masyarakat Jawa, namun tradisi dan kebudayaan Jawa masih bertahan dan dilestarikan oleh sebagian masyarakatnya hingga sekarang.

Terbukti berbagai gelar budaya Jawa, semisal: bersih desa, labuhan, ruwatan, lampah madya ratri, sedekah bumi, dan terutama sedekah laut bagi masyarakat pesisir masih diselenggarakan baik secara temporer maupun tahunan.

sumber: visitcentraljava.com
sumber: visitcentraljava.com
sumber: news.trubus.id
sumber: news.trubus.id
Semenjak awal Sura hingga akhir Sapar, banyak masyarakat Jawa menggelar event tradisi dan kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan laku ritual guna menyelaraskan hubungan kosmis antara manusia atau alam (mikro-kosmis/jagad cilik) dengan Tuhan (makro-kosmis/jagad gedhe).

Berbagai event gelar tradisi dan kebudayaan Jawa yang bertujuan untuk membangun dinamika hubungan kosmis bisa disebutkan, antara lain: Lampah Madya Ratri atau Mubeng Beteng (Kota Yogyakarta); Sedekah Laut (Cilacap, Jawa Tengah); Yaa-qaa-wiyyu (Jatinom, Jawa Tengah); Saparan atau Bekakak (Gamping, Sleman); Rebo Pungkasan (Wonokromo-Bantul); dan sebagainya.

Sedekah Laut

Sebagian besar masyarakat Cilacap yang tinggal di seputar pantai Laut Selatan atau Segara Anakan banyak menggantungkan hidup sebagai nelayan. Sebagai masyarakat dengan pencaharian menangkap ikan niscaya memiliki tradisi dan kebudayaan khas yang memiliki jalinan erat dengan kelautan.

Salah satu tradisi dan kebudayaan tersebut adalah melaksanakan upacara tahunan Sedekah Laut. Suatu upacara yang merefleksikan rasa syukur dari para nelayan kepada Tuhan. Maha sumber dari segala berkah yang tidak sekadar ditebarkan di daratan, melainkan pula di bentang lautan.

sumber: news.trubus.id
sumber: news.trubus.id
Dengan demikian upacara Sedekah Laut yang diwarnai dengan berbagai acara, seperti: Ziarah Nelayan di Pulau Majeti (Nusakambangan), Tasyakuran dan Tirakatan, Prosesi Sedekah Laut, serta Larung Jolen dari Pendapa Kabupaten Cilacap hingga THR Teluk Penyu hendaklah tidak ditangkap sebagai event gelar tradisi dan kebudayaan Jawa yang sekadar untuk menghadirkan suasana meriah dan cenderung hura-hura.

Upacara Sedekah Laut hendaklah pula tidak sekadar ditujukan untuk meningkatkan program pariwisata daerah setempat, namun pula ditujukan sebagai media penggugah kesadaran manusia (para nelayan) terhadap pentingnya hubungan kosmis yang dinamis.

Apabila para nelayan telah memiliki kesadaran tinggi terhadap hubungan kosmis yang dinamis, mereka harus senantiasa menjaga jiwanya agar tidak rakus dan mengkhalalkan segala cara di dalam menangkap berkah Tuhan (ikan-ikan dan hasil laut lainnya) yang ditebarkan di lautan.

sumber: samzurry.wordpress.com
sumber: samzurry.wordpress.com
Di samping itu, para nelayan dan pihak-pihak terkait harus secara pro-aktif untuk senantiasa menjaga lingkungan pantai dan laut dari sampah, dan terutama limbah. Mengingat limbah yang mengandung unsur kimiawi beracun itu dapat membunuh ikan serta mencemari atau merusak ekosistem laut itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun