Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membaca Tanda Semakin Ketatnya Penulis di Jagad "Cyber"

5 Maret 2018   04:04 Diperbarui: 5 Maret 2018   04:33 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

SEBELUM media elektronik (media digital) mengalami era perkembangannya yang amat pesat sekarang, masyarakat Indonesia mulai mengenal media cetak. Pada pra atau awal abad ke-20, media cetak berupa surat kabar (majalah) baik diterbitkan pemerintah Hindia Belanda maupun bumiputra sudah beredar di kalangan masyarakat elit dan menengah. 

Beberapa surat kabar yang terbit pada waktu itu, semisal: Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, Poesara,Het Tijdschrijft, Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Putri Hindia.

Paska Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, media elektronik semisal radio mulai dikenal masyarakat. Peran media elektronik pada masa itu sama dengan media cetak yakni sebagai alat perjuangan kaum bumiputra di dalam melawan praktik kolonilaisme di Indonesia.

Namun kedua jenis media tersebut hanya dinikmati masyarakat elit dan menengah. Mengingat masyarakat bawah yang tidak mengenyam pendidikan formal akan buta aksara latin (tidak mampu membaca teks). Selain itu, masyarakat bawah pun tidak mampu membeli radio. Karenanya tidak aneh kalau mereka selalu mendengar radio dengan nebeng di rumah pejabat di tingkat desa , semisal: Jagabaya, Bekel, Demang, Lurah, dan sebagainya.

Pada era Orde Baru ketika proyek Listrik Masuk Desa digencarkan, media elektronik semisal televisi mulai dimiliki oleh sebagian masyarakat kaya di desa. Lambat-laun, televisi yang sudah berwana mulai dapat dibeli oleh sebagian besar masyarakat. 

Akibatnya, banyak anggota masyarakat yang menyukai media elektronik dengan unggulan gambar dan suara tersebut cenderung memilih televisi dan radio sebagai media untuk mendapatkan informasi, pesan, dan hiburan. Sementara, masyarakat intelektual dan berekonomi mapan pula menggunakan media cetak (koran, majalah, tabloid) di dalam mendapatkan informasi, pesan, dan hiburan.

Bergeser ke Internet

BERBEDA dengan media cetak, media elektronik terus mengalamai perkembangan di Indonesia. Pada era 1990, sebagian masyarakat mulai mengenal internet. Sejak itu, mereka yang semula mendapatkan informasi, pesan, atau hiburan melalui koran, majalah, tabloid, radio, dan televisi; mulai merambah ke internet.

Perkembangan internet serupa bah yang tidak bisa dibendung ketika munculnya Telepon Seluler Generasi III dan IV. Melalui Telepon Seluler generasi terakhir tersebut, masyarakat Indonesia mulai bisa mengakses internet tanpa harus menggunakan komputer atau laptop. Tanpa mereka harus pergi ke warnet.

Semakin meningkatnya pengguna Telepon Seluler generasi terakhir, masyarakat yang semula mendapatkan informasi, pesan, dan hiburan melalui media cetak atau media elektronik semisal radio atau televisi mulai bergeser ke internet. 

Sehingga media pendahulunya akan lambat-laun mereka tinggalkan. Karena dengan internet, mereka bisa mendengar radio atau menyaksikan televisi melalui streaming; bisa menyaksikan dan men-download video melalui youtube; membaca informasi melalui website pribadi atau kroyokan semisal kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun