Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Keindahan Pantai Parangtritis dari Bukit Paralayang

3 Maret 2018   12:38 Diperbarui: 3 Maret 2018   15:32 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam Babad Tanah Jawa, Parangtritis yang berada di wilayah Kretek, Bantul, Yogyakarta tersebut dikenal dengan Mantingan. Penyebutan itu diketahui dari kisah Sunan Kalijaga yang pergi ke Kesultanan Demak Bintar untuk turut membangun Masjid Agung bersama anggota Majelis Dakwah Walisanga lainnya sesudah bertapa di Mantingan. Sementara di wilayah Parangtritis sekarang, terdapat dusun bernama Mancingan. Apakah Mancingan identik dengan Mantingan, hal ini perlu mendapatkan kajian lebih jauh.

dok. pribadi
dok. pribadi
Berpijak pada Babad Tanah Jawa di muka, maka bila ada yang menyebutkan Parangtritis mulai dikenal oleh para pedagang Belanda (Vereenidge Oostindische Compagnie/VOC) tidak dapat disangkal kebenarannya. Mengingat ketika Babad Tanah Jawa yang menyebutkan Parangtritis identik dengan Mantingan tersebut digubah pertama kali oleh Pangeran Adilangu pada tahun 1722 atau digubah oleh Carik Braja pada tahun 1788 berkat perintah Sunan Pakubuwana III, di mana para bedagang Belanda sudah bercokol di Jawa  .

Babad Tanah Jawa pula mengisahkan bahwa di suatu wilayah di sebelah barat Pantai Parangtritis yakni Parangkusuma dikisahkan sebagai tempat pertemuan cinta yang sakral antara Panembahan Senapati ing Ngalaga (raja Mataram Islam I) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa Laut Selatan).

dok. pribadi
dok. pribadi
Melalui hubungan cinta kedua penguasa di tanah Jawa tersebut, Panembahan Senapati berhasil menaklukkan Sultan Hadiwijaya dari Pajang beserta pasukannya yang bercokol di Prambanan. Dalam perang Mataram versus Pajang, Kangjeng Ratu Kidul memberikan bantuan gaib kepada Panembahan Senapati berupa kiriman hujan badai yang disertai guntur dari Keraton Kudul.

Akibatnya, Sultan Hadiwijaya yang mendapatkan serangan dari Kangjeng Ratu Kidul tersebut meninggalkan medan laga sesudah pasukannya porak poranda. Sepulang dari Prambanan, Sultan Hadiwijaya yang pernah jatuh dari gigir gajah itu kemudian gering dan mangkat.

Karena image Pantai Parangkusuma yang dibangun publik sebagai tempat wisata spiritual, maka wisatawan tidak seramai di Pantai Parangtritis, khususnya siang hari. Pada setiap hari Minggu atau hari-hari biasa, Pantai Parangtritis selalu dikunjungi banyak wisatawan. Sekalipun diakui bahwa wisatawan Pantai Parangtritis tidak seramai pada tahun-tahun sebelumnya.

Mengingat sebagian wisatawan fanatik Pantai Parangtritis mulai tertarik mengunjungi beberapa lokasi wisata baru yang berada di sebelah barat pantai itu, semisal: Gumuk Pasir, Pantai Cemara Sewu, dan Pantai Depok. Di sanalah, wisatawan yang didominasi para netizen tersebut melakukan selfie dan wefie.

dok. pribadi
dok. pribadi
Selain di lokasi-lokasi wisata baru, banyak wisatawan fanatik Pantai Parangtritis mulai bergeser ke Bukit Paralayang atau Bukit Parangndok. Suatu lokasi wisata yang berada di wilayah Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Di Bukit Paralayang tersebut, wisatawan bukan hanya bisa menyaksikan atau melakukan aksi paralayang, namun pula bisa menikmati keindahan Pantai Parangtritis. Menurut banyak wisatawan bahwa menikmati Pantai Parangtritis dari puncak Bukit Paralayang lebih eksostis ketimbang menikmati di lokasinya.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Kebanyakan wisatawan pun mengakui bahwa berwisata di puncak Bukit Paralayang akan serasa lebih sempurna bila ketika menyaksikan keindahan Pantai Parangtris sambil menikmati segarnya air kelapa muda, kopi, teh serta aneka makanan tradisi semisal pecel, lotek, dan gorengan di warung makan tradisi yang ada di lokasi wisata itu.

Suasana pun akan lebih serasa romantis bila saat menyaksikan keanggunan Pantai Parangtritis dari puncak Bukti Paralayang tersebut pada pagi atau sore hari. Selain sejuknya udara yang dirasakan, wisatawan dapat mengabadikan sunrise dan sunset di Pantai Parangtritis dengan kamera pilihannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun