Mohon tunggu...
Achmad Azkiya
Achmad Azkiya Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Lepas

Suka tidak suka serius.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dibungkam Lewat Lagu

13 November 2024   04:39 Diperbarui: 8 Desember 2024   13:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya agak sedikit tersinggung ketika lagu-lagu kemahasiswaan yang penuh dengan semangat dan mengandung kepedulian sosial perlahan diganti dengan lagu-lagu receh yang viral di TikTok saat acara penyambutan mahasiswa baru di sebuah kampus. Secara sebagai lembaga pendidikan tertinggi, dari hal yang mungkin kelihatan remeh saja para panitia yang notabene dihandle dosen tidak begitu memperhatikan atau menunjukkan bau-bau jiwa kemahasiswaan di dalam acaranya. Entah mengapa, kadang saya merasa gelisah sendiri, apa memang kualitas pendidikan kita bergeser sejauh ini, ya? Atau jangan-jangan hanya terjadi di tempatku saja, ya? Semoga saja iya.

Uang, sepertinya telah merusak pikiran cemerlang seorang akademisi yang diagung-agungkan. Dalam sebuah pengadaan acara, yang terpikir hanya laba, bagi-bagi komisi, subtansi dari sebuah acara tersebut dinomorbelakangkan. Bodo amat. Para orang tua yang mengkuliahkan, betapa bangganya memamerkan anaknya ke mana-mana karena sekolah di perguruan tinggi, menceritakannya dengan mata membulat berharap putra-putrinya bisa menjadi lebih baik dari orang tuanya, berusaha mati-matian mencari cuan bahkan pinjaman kalau perlu, hanya demi putra-putri kebanggaannya. Tapi semua kebanggaan itu luntur, ketika melihat anaknya dijejali lagu-lagu TikTok, yang padahal orang tuanya mati-matian di rumahnya menasihati anaknya agar tak gampang joget-joget TikTok apalagi ditonton oleh lawan jenis yang otaknya gampang berfantasi liar.

Saya jadi merasa, mereka tidak memutarkan lagu-lagu kemahasiswaan adalah karena memiliki niat terselubung agar para mahasiswanya tidak mudah peka dan kritis dengan realita-realita di sekitarnya, lebih-lebih adalah kebijakan kampus yang kebanyakan di beberapa kampus tidak berpihak sama mahasiswa, tetapi berpihak kepada perut rekeningnya masing-masing. Mungkin bagi beberapa orang ini terkesan lebay dan berlebihan, tidak kawan, betapa lagu memang sedikit banyak mampu menggerakkan jiwa seseorang. Tak perlu jauh-jauh, kita dengarkan saja lagu 'Indonesia Raya', betapa jiwa kita seketika serasa bangga menjadi putra dan putri bangsa Indonesia tercinta. Lagu kebanggaan sekaligus kebangsaan. Begitu juga lagu-lagu seperti 'Totalitas Perjuangan', betapa jiwa kita merasa tergerak untuk menjadi akademisi yang tahu diri bahwa kita diciptakan untuk senantiasa peduli.

Terbukti, mahasiswa yang diciptakan oleh lagu-lagu kemahasiswaan, sedikit banyak tumbuh menjadi mahasiswa-mahasiswi yang tidak mudah dibodohi oleh sekitarnya, dalam hal ini adalah kebijakan kampus yang kadang diluar nalar. Seperti beasiswa-beasiswa yang dipotong oleh lembaga, iuran-iuran yang tidak sesuai dengan di lapangan, dan dana-dana hadiah lomba yang turut juga disunat oleh perut-perut rekening serakah. Kita kenal banyak dari mereka yang tahu bahwa yang dilakukan oleh lembaga itu tidak benar, meskipun cara mereka tidak sama dalam menyampaikan kegelisahannya. Namun setidaknya bara api kecil ketidaksetujuan pada ketidakbenaran sudah menyala di jiwa mereka masing-masing.

Memang berat menjadi mahasiswa-mahasiswi seperti mereka. Kadang dianggap menentang dan menebar kebencian. Itu sudah menjadi sejarah, para pahlawan kita di zaman dulu juga seperti itu, mereka dianggap para pemberontak, penyulut kebencian, tetapi kalau kita berpikir secara adil, tidak memihak siapa-siapa, tapi berpihak pada prinsip nurani, maka kita tahu jawabannya siapa yang benar dan siapa yang salah. Anehnya, kadang mereka kerap dikucilkan oleh teman-temannya. Tapi orang-orang seperti mereka tidak terlalu peduli. Kebenaran tetap selalu ada dan menyala tanpa perlu pencitraan kepada orang-orang yang telah menginjak-injak harga diri kebenaran.

Salam Pergerakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun