Mohon tunggu...
Achmad Azkiya
Achmad Azkiya Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Lepas

Suka tidak suka serius.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akademisi Imitasi

8 November 2024   20:39 Diperbarui: 8 November 2024   22:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kira menjadi mahasiswa adalah sebuah keistimewaan yang mungkin menjadi cita-cita bagi kawan yang lain untuk bisa mencapainya, paling tidak bisa kuliah, belajar, dan bertukar pikiran serta pengalaman. Mempunyai gelar mungkin menjadi kebanggaan bagi kebanyakan orang, kelak pasca wisuda bisa diterima di perusahaan ternama tentu juga menjadi idaman kebanyakan kawan-kawan. Tentu hal yang baik, setidaknya punya progres yang jelas untuk menapaki jalan di hari kemudian. Dosen-dosen mendidik dan berfatwa, agar kita selalu aktif dalam kuliah ataupun organisasi. Ada yang mengiyakan lantas menjalaninya dengan sungguh-sungguh, ada yang setengah-setengah, ada juga yang tidak peduli tentang semua fatwa itu. Tapi kadang-kadang dilema juga, bagi sebagian mahasiswa yang memiliki cita-cita tinggi dan idealisme yang kuat, kadang keaktifannya dirasa mengganggu juga bagi kebanyakan dosen yang telah memberi fatwa tersebut. Jangan sekali-kali bertanya mengapa membayar iuran itu sekian rupiah, berharap diberikan transparansi berikut kuitansinya, bisa-bisa dikeluarkan dari grup WA karena merasa diganggu proyeknya. Jadi dilema, bukan? Kita disuruh aktif, sekaligus pasif untuk hal-hal yang mengganjal. Sebenarnya sebagai mahasiswa kita disuruh aktif akan perihal apa? Di pesantren saya selalu diajarkan agar untuk tidak sedikit pun mempunyai rasa buruk sangka terhadap seseorang yang mengajar dan mendidik kita, dalam hal ini adalah dosen. Namun di sisi lain nuraniku berteriak, jika yang mereka lakukan kadang-kadang juga salah. Lantas apakah menjadi berdosa jika kita bersuara mengenai kejujuran kita? Ayolah kita sama-sama tahu, kita tidak bodoh, mengapa kita dimarginalkan hanya karena mengungkapkan sesuatu yang kurang benar? Di mana kebenaran itu, di manakah kehormatan sebuah lembaga intelektual itu? Saya bertanya-tanya, jangan-jangan selama ini kita sebagai mahasiswa dididik menjadi manusia hipokrit? Menjadi manusia palsu, imitasi. Bicara soal integritas tapi kita sendiri malah main-main dengan integritas tersebut. Membual soal harga diri seorang intelektual tapi kita sendiri malah menurunkan harga diri kita dengan melakukan ketidakjujuran publik. Jujur saja, atas dasar kekecewaan itu, rasa-rasanya berat sekali untuk menjadi sarjana yang diidam-banggakan oleh orang-orang. Justru mungkin bisa dibilang agak sedikit jijik untuk menyandang gelar itu kalau kita hanya menjadi mahasiswa hanya modal sekadar patuh pada ketidakbenaran yang terjadi. Dan mungkin atas dasar ini pula saya tidak terlalu begitu takjub dengan gelar dan jabatan seseorang, karena untuk apa itu semua kalau isi kepala dan tindakan tidak sesuai dengan nilai seorang akademisi yang dipuja-puja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun