Aku selalu menyadari bahwa orang-orang di sekitarku perlahan tapi pasti datang dan pergi, tanpa dipaksa dan memaksa, semuanya pasti sudah miliki kesibukan masing-masing. Kenyamanan dan ketidaknyamanan selalu ada di dalam setiap cangkir hubungan tersebut, aku meyakini hal tersebut. Maka menstabilkan sebuah perasaan dan kebaperan adalah hal yang perlu kita kondisikan sendiri-sendiri.
Dan bukan menjadi urusanku apakah setelah sekitar mengenal kita lebih dalam perlahan menjauh atau menghilang, aku rasa tidak ada hak untuk memaksa, masing-masing miliki hak dan kebebasan sendiri.
Tapi memang ada beberapa hal yang sakitnya tuh di sini, lantas kita menyalahkan pihak lain. Padahal asumsi kita sendiri yang membuat kita melukai hati kita sendiri. Toh begini, untuk apa kita ingin diakui oleh sebuah sirkel, kelompok jika malah mereka tidak mengakui eksistensi kita. Goblok, kan?
Sebuah hubungan yang saling menjaga dan tanpa intimidasi biarkan kepala masing-masing liar berkreasi bagiku sudah cukup menjadikan hubungan itu langgeng tanpa perlu pengakuan dari pihak mana pun.
Ah, begitulah manusia, diri kita sendiri, yang maunya hanya ingin dimengerti tanpa mau memikirkan orang lain. Semoga ke depan kita lebih mengedepankan kedewasaan daripada menarik diri ke belakang lantas membumbui dendam dan kebencian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H