Aku berjalan, jatuh, duduk, berdiri, berlari, keliling, muter-muter mencari sesuatu entah apa sesuatu itu. Kadang lelah, bosan, mbelenger, nggak tahu lagi harus seperti apa.
Tujuan hidup? Jangka pendek? Visi misi? Jangka panjang? Aku tidak tahu sama sekali harus diisi seperti apa, hendak dicoret apa kertas hidupku aku pun tak tahu.
Firman-firman sudah diberikan beragam banyak oleh Tuhan, kita disuruh pilih, komestik apa yang hendak kita pakai. Mau model bagaimana, mau yang seperti apa sudah disediakan. Kurang enak apa coba?
Kalaupun sudah berkosmetik, aku pun nggak paham komestika firman model apa yang aku terapkan dalam wajah hidupku, riasannya berbentuk apa aku pun tak paham.
Meski seumpama temanku bilang aku pakai kosmetika firman yang 'taiasu an rouhil-Lah' aku pun tak merasa berkosmetik itu. Hidupku dipenuhi ambigu, kadang mereka bilang itu, padahal aku jauh dari itu.
Apa maksud tulisan ini? Aku pun tak tahu, bahkan untuk hal yang seremeh ini pun aku tak mempunyai tujuan sama sekali.
Walau begitu, meski aku tak suka berkosmetik, setidaknya aku selalu suka dengan kosmetika firman 'la khaufun alaihim walahum yahzanun', mereka yang tidak pernah takut besok makan apa, mereka yang tidak pernah khawatir apakah kebaikan yang telah disedekahkan kepada keburukan berbuah baik atau tidak mereka tak ambil pusing.
Agaknya dunia kita masih jauh dari kosmetik model ini, kita masih takut akan kalkulator rezeki masing-masing, korupsi pun menjadi jalan. Massa ditakut-takuti, dipermainkan, dizalimi, diinjak-injak. Harus patuh, tunduk, siap grak.
Hingga... Bisnis pun berjalan, ketakutan mewabah, kecurangan menjadi demam. Dan kosmetika firman menjadi pasaran, sebagai pajangan di etalase kemunafikan.
Munafik? Kurasa tidak, matamu menyatakan firman, bersyahadah, bersaksi bahwa tiada kebahagiaan selain kau bisa bersua denganku.
Bukankah begitu mata? Matamu?