Berlangsungnya KTT APEC di Bali boleh dikata (jadi) tidak tepat waktunya. Karena saat yang bersamaan, bangsa ini mengalami kejadian yang sungguh-sungguh memalukan. Saat ini, dunia menyaksikan keriuhan sebuah konferensi tingkat tinggi, dan di saat yang sama pula, dunia menyaksikan keriuhan sebuah skandal suap tingkat tinggi, kalau tidak mau dikatakan skandal korupsi tingkat tinggi.
Entah apa yang sedang dipikirkan para pemimpin bangsa ini. Melihat sebuah kenyataan yang pasti membuat kemarahan sebagian masyarakat yang masih memiliki nurani. Kemarahan yang semestinya bisa membuat pihak-pihak yang terbiasa melakukan penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan untuk menarik diri sejenak, melakukan perenungan, instropeksi. Menata perilaku untuk bisa lebih baik menyesuaikan dengan nurani kebaikan yang ada dalam diri dan masyarakatnya.
Namun, seperti pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tak ada jaminan skandal suap tingkat tinggi itu tidak terulang lagi. Mengapa ini terjadi? Jawaban atas pertanyaan ini bisa berbagai macam tergantung sudut pandang masing-masing, bisa dari sisi moralitas, psikologi, pendidikan, budaya, sistem, sosial, ekonomi, politik, filsafat, dan lain-lain.
Namun, jawaban yang paling mudah dan tidak bertele-tele, jawaban yang tidak memerlukan analisa dan kepakaran, jawaban yang bisa jadi akan membuat pusing tujuh puluh keliling, adalah sebagaimana yang termaktub dalam ramalan Jayabaya, bahwa saat ini mungkin sedang berlangsung jaman edan!
Mengapa banyak orang dengan atribut kesalehan, masih melakukan kemungkaran? Itu karena jaman edan! Mengapa banyak orang dengan atribut gelar keilmuannya, masih juga korupsi! Itu karena jaman edan! Mengapa banyak orang dengan atribut pangkat tinggi di pundaknya, masih juga manipulasi? Itu karena jaman edan. Mengapa banyak orang dengan atribut jabatan dan bayaran tinggi, masih juga (lagi-lagi) korupsi! Itu karena jaman edan.
Serta atribut-atribut lain, yang semestinya melahirkan keteladanan dan kejujuran, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Para pakar, perwira, pejabat, ustadz, guru, pamong, penegak hukum, pemimpin, wakil rakyat, nampak turut serta pula memiliki andil memeriahkan kekusutan jaman edan. Bersaing dengan para preman, mafioso, penjahat, pencopet, penipu, berebut lahan di ranah korupsi, manipulasi dan kriminal. Itulah jaman edan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H