Covid-19 bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi masyarakat, virus ini memberikan dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat mulai dari dampak bidang ekonomi, politik, budaya, dan sosial. Dengan berbagai kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah memberikan banyak polemik permasalahan di dalamnya seperti banyaknya pegangguran karena hampir 50% masyarakat harus kehilangan matapencahatiannya dan menurunnya perekonomian masyarakat . Seperti kebijakan PSBB yang sampai saat ini diberlakukan oleh pemerintah pusat, yang diperuntukkan meminimalisirkan angka kenaikan Covid-19 dimana masyarakat tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Segala kegiatan belajar mengajar, tempat pariwisata, tempat makan, dan lain sebagainya terpaksa diberhentikan. Pengaruh dari kebijakan tersebut justru melemahkan sendi-sendi perekonomian terutama bagi masyarakat Bangkalan yang memiliki usaha mikro menengah seperti pedagang, penjual keliling, pedagang kaki lima dan masyarakat yang memiliki usaha kecil seperti toko meracang dan sebagainya, segala peraturan yang harus ditaati membuat beban bagi masyarakat dalam mencari penghasilan sehari-hari. Penghasilan yang mereka dapatkan sebelum adanya Covid-19 berbanding jauh setelah adanya Covid-19 penghasilan yang mereka dapatkan menurun drastis bahkan banyak dari mereka yang harus menganggur. Kondisi seperti ini sangat memprihatikan, lagi-lagi pemerintah dianggap tidak memperdulikan kondisi perekonomian mereka, bahkan sebagian besar masyarakat menganggap  kasus Covid-19 ini tidaklah penting yang terpenting adalah matapencaharian mereka, tidak heran jika masih banyak masyarakat yang nekat untuk berjualan demi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Namun seiring berjalannya waktu pemerintah mulai melonggarkan kebijakan-kebijakannya hal ini ditunjukkan oleh peraturan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat untuk tetap membuka kembali usahanya dengan catatan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat, sejak adanya kebijakan PSBB masyarakat dituntut untuk membuka usaha dengan ketentuan batasan  waktu yang ditetapkan, akan tetapi kebijakan ini kembali menjadi permasalahan masyarakat dimana dengan batasan waktu tersebut masyarakat merasa bahwa penghasilan dagangannya tergantung dari waktu tersebut. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut masyarakat mencoba memanfaatkan jejaring sosial media yang mereka miliki salah satunya selain berdagang langsung mereka juga menjualnya melalui media online, dengan mempromosikan makanannya melalaui sosial media. Dengan pemanfaatan jaringan sosial media ini para pedagang merasa sangat terbantu sebab dengan kondisi Covid-19 saat ini memberikan peluang besar bagi mereka untuk menekuni usaha online tersebut, seperti yang kita ketahui sata ini masyarakat cenderung lebih memesan makanan menggunakan sistem online hal ini dikarenakan selain dirasa praktis dan efisien juga sangat membantu mencegah penularan virus Covid-19. Ekonomi digital masa pandemi terus meningkat seiring berkembangnya waktu banyak peluang-peluang usaha online yang dirasa sangat mampu mengembalikan ketimpangan perekonomian yang sangat melemah, sehingga tidak hanya di sektor kuliner secara online saja yang mampu memulihkan perekonomian namun sektor perobatan online seperti hallodok sekarang sangat diminati oleh masyarakat terutama masyarakan urban diperkotaan. Teknologi sangat mempengaruhi perilaku dan pola konsumsi masyarakat sehingga dengan ini sangat memungkinkan adanya pemulihan kembali perekonomian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H