"Mumpung masih muda, buruan nikah mas. Biar terjaga dari maksiat hehe" Lanjutnya
Semesta imajiku seakan menolak semua perkataan bapak itu, tapi ada benernya juga sih hahaha. Tapi, masa' tubuhku yang mungil dan unyu ini dikira sudah punya anak, yang bener aja.
Setelah saya terlihat kebingungan menjawab perkataan-perkataan-nya, bapak itu mengganti topik pembicaraan.
Memang dalam Islam ada anjuran untuk pemuda menyegerakan pernikahannya. Selain agar terhindar dari maksiat yang bernama zina, dikatakan menikah juga menyempurnakan separuh dari agama kita. Betapa tidak, setiap yang dilakukan dengan istri kita akan mendapatkan nilai kebaikan disana.
Rasulullah bersabda: 'Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).
( HR Bukhari)
Bahkan khalifah kedua, Umar bin Khattab menyindir pedas kepada para pemuda yang sudah layak menikah namun tidak menikah.
"Tidak ada yang menghalangimu menikah kecuali kelemahan (lemah syahwat) atau kemaksiatan (ahli maksiat)"
Perkataan sayyidina Umar tersebut seakan menampar orang-orang yan tidak memaksimalkan potensi dirinya untuk kebaikan yang luar biasa ini. Menikah merupakan separuh agama broo. Tak heran Sayyidina Umar yang merupakan pemimpin kala itu sedih melihat para pemuda di wilayahnya yang tidak segera menikah.
Namun, lagi-lagi saya adalah anak bau kencur yang baru lulus SMA pak. Janganlah ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H