Hari raya sebentar lagi. Salah satu tradisi masyarakat Indonesia ialah belanja besar-besaran menjelang mendekati hari raya Idul Fitri. Karena itu dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan jumlah masyarakat yang antusias berbelanja cukup besar, maka timbul suatu fenomena atau gejala sosial yaitu kalap berbelanja.
Yang mana di setiap pusat perbelanjaan khususnya di daerah perkotaan dipenuhi dengan lautan manusia. Tujuan mereka sebenarnya sama, yakni ingin menjajakan uang yang ada di dompet mereka masing-masing. Ada yang berburu bahan-bahan makanan, pakaian sampai parcel lebaran untuk diberikan kepada sanak saudara maupun kerabat.
Namun mungkin saja kalap berbelanja pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tentu alasannya sudah pada tahu, karena mewabahnya virus covid19. Selama masih ada wabah tersebut, masyarakat pastinya was-was jika keluar rumah apalagi bertujuan untuk mendatangi kerumunan yang begitu padat di pusat perbelanjaan.
Tapi lagi-lagi yang namanya orang Indonesia terkenal dengan kengeyelannya. Atau bahasa baku-nya adalah keras kepala. Walaupun ada instruksi untuk tetap tinggal di rumah saja sementara ini, masih saja ada yang berkeliaran di tempat-tempat umum. Dan yang berkeliaran tidak sedikit jumlahnya. Dan kemungkinan besar, menjelang hari raya nanti pusat perbelanjaan masih tetap melayani pembeli yang berjumlah banyak walaupun tidak sebanyak tahun lalu.
Tapi sekarang dengan adanya teknologi canggih yang saling terintegrasi satu sama lain, perbelanjaan bisa dilakukan secara online. Yang dimaksud terintegrasi ialah adanya kesinambungan antara penjual, pemilik pasar online, pembeli, dan juga kurir. Tak ketinggalan juga penyedia perangkat yakni perusahaan pengembang smarthphone dan perusahaan telekomunikasi. Berbagai perusahaan finansial juga tak mau ketinggalan dengan meluncurkan aplikasi untuk mempermudah proses pembayaran pembeli.
Tinggal pencet-pencet gadget saja, barang pesanan kita bisa sampai di rumah dengan selamat. Bukannya tanpa kelemahan, belanja online menjelang hari raya pasti ada kendalanya.
Pertama, server down. Ketika banyak sekali masyarakat yang mengakses aplikasi pasar online pasti servernya akan menjadi lamban bahkan bisa mengalami collapse. Maka hal yang harus kita perhatikan adalah kecepatan koneksi internet kita harus dipercepat.
Kedua, beban ongkir. Jika hanya satu atau dua barang sahaja yang kita pesan, mungkin kita bisa menggunakan voucher gratis ongkir. Namun jika belanja kita seperti belanja di pasar konvensional dengan barang yang cukup banyak dan susah dibawa, mungkin biaya ongkos kirim bisa membengkak. Bahkan bisa-bisa biaya ongkir akan lebih besar ketimbang jumlah harga barang belanjaan kita.
Ketiga, tidak semua barang bisa dibeli secara online. Ya, seperti sayur mayur dan lauk pauk seperti ikan, tahu dan tempe kemungkinan akan susah didapatkan secara online. Kecuali jarak antara penjual dan pembeli berada dalam satu lingkup daerah, maka proses pengantaran bisa dilakukan pada hari itu juga. Karena barang seperti itu jika dikirim menggunakan ekspedisi yang memakan waktu berhari-hari bisa busuk ketika sampai di rumah kita.
Fenomena kalap berbelanja tidak serta merta terjadi begitu sahaja. Pasti ada faktor-faktor yang menyebabkannya. Dan faktor tersebut antara lain:
Pertama, adanya Tunjangan Hari Raya. Setiap pekerja di perusahaan pastinya mendapat tunjangan gaji pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Dan biasanya THR ini diberikan oleh setiap perusahaan di waktu yang hampir bersamaan. Sehingga mau tidak mau pengalokasian tunjangan ini tanpa sadar terlaksana secara bersama-sama juga.