Sesampainya di rumah adiknya, Umar mendengar adiknya sedang bergumam bersama suaminya seperti sedang membaca atau melantunkan sesuatu. Ya, yang dibacanya adalah ayat-ayat Al-Quran. Bertanyalah dia kepada pembantunya Fatimah terlebih dahulu, Khobab namanya.
"Hei Khobab, apa yang dibaca oleh adikku itu? Tanya Umar. "Saya tidak tahu yaa Umar" Jawab Khobab.
Setelah mendekat ke adiknya dan melihat apa yang dibaca, seketika muka Fatimah ditonjok oleh Umar. Berdarah hebat muka dari adiknya tersebut.Â
Karena Umar tahu bahwa bacaan itu pasti berasal dari Muhammad. Tapi yang membuat Umar terkejut ialah raut wajah Fatimah tidak sedikit-pun menunjukkan rasa takut. Pasti ada sesuatu yang menguatkan adikku ini sampai-sampai tidak ada gimik ketakutan sedikit pun ketika ditinju oleh juara gulat sekota Mekah ini.
Karena penasaran, Umar mengambil lembaran bacaan tadi. "Kamu najis karena kesyirikanmu! Kamu tidak berhak memegang ini" Teriak Fatimah bin Khattab sambil menyahut kembali lembaran ayat suci tersebut.
Akhirnya Umar pun pergi mandi dan segera balik untuk melihat lembaran ayat tadi. Dibaca-lah yang tertulis disana. "Thoo Haa" surat yang dibaca.Â
Sampai beberapa ayat, "Ini bukan kata-kata manusia" pikirnya. Dari semua penyair dan tata bahasa sastra Arab pun tidak ada yang bisa menandingi kata-kata dari Al-Quran tersebut.
Seketika lembut-lah hati Umar yang semula keras terhadap Islam. Terkabullah doa Rasulullah karena salah satu Umar sudah terbuka pintu hatinya untuk menerima Islam. Sampai pada akhirnya Umar menuju ke Rumah Arkam seperti yang tertulis diawal tulisan ini. Subhanallah.
Wallahu A'lam Bisshawabi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H