“Seperti Maus karya Art Spiegelman, buku Sacco mendampingkan gaya pop komik dengan tragedi kemanusiaan dan membuat kebrutalan perang jauh lebih mengguncang.” - TIME
Apakah Anda tahu tentang sejarah perang Bosnia? Perang yang terjadi tahun 1992-1995 itu disebut-sebut sebagai ajang genosida etnis Bosnia oleh etnis Serbia. Laporan PBB menyebutkan ada sekitar 45-50 ribu warga sipil yang tewas karena konflik tersebut. Masih lekat di ingatan generasi 90-an melihat bagaimana Pembantaian Srebrenica (Srebrenica Massacre) dimana pasukan milisi Serbia menembaki puluhan ribu orang mulai dari anak-anak, remaja, laki-laki, perempuan, hingga kakek-nenek yang tua renta lalu kemudian ditimbun tanah dengan tujuan untuk menghilangkan jejak. Kita juga melihat bagaimana PBB tak bisa mencegah pembantaian terjadi, menimbulkan pertanyaan mengapa tak ada tindakan lebih tegas dari mereka hingga sekarang.
Kita tinggalkan masalah diatas, Anda bisa menggunakan internet untuk tahu lebih banyak soal Perang Bosnia. Saya kali ini membahas tentang sebuah komik yang ditulis dan digambar oleh seorang jurnalis asal Amerika Serikat, Joe Sacco. Komik ini menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke kota Gorazde pada medio akhir 1995 hingga awal 1996. Gorazde sendiri adalah sebuah kota di lembah Drina, bagian tenggara Bosnia dimana Gorazde ditetapkan oleh PBB sebagai “zona aman” selain Bihac, Tuzla, Zepa, Sarajevo, dan Srebrenica. Joe Sacco sendiri bisa memasuki kota tersebut melewati “Jalur Biru”, sebuah jalur kemanusiaan sempit yang melewati kantong daerah yang dikuasai milisi nasionalis Serbia. Pasukan perdamaian PBB dan para jurnalis bebas memasuki daerah itu walaupun terkadang mendapat berbagai halangan dari milisi Serbia.
Komik ini banyak berkisah tentang perjuangan hidup orang-orang di sekitar kota Gorazde dan kota-kota kecil di sekitarnya daripada menceritakan tentang konflik itu sendiri. Di komik ini digambarkan bagaimana keadaan sebelum, saat, dan sesudah Perjanjian Dayton ditandatangani. Beberapa hari sebelum konflik pecah, masyarakat sudah mendapat semacam firasat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Apalagi saat itu sentimen ras/bangsa selalu digaungkan oleh Slobodan Milosevic (Presiden Republik Serbia saat itu) pasca wafatnya pemimpin kharismatik Josip Broz Tito. Diceritakan bagaimana responden (atau bisa dibilang teman dekat) Joe Sacco, Edin, yang biasanya sering bercengkerama dengan teman-temannya dari etnis Serbia mendadak terhenti kontaknya karena mereka tak ingin disebut “pengkhianat”.
Lalu, pecahlah perang. Mimpi buruk untuk etnis Bosnia karena milisi Serbia yang dipimpin Jenderal Ratko Mladic tak segan-segan untuk melakukan apa saja dalam memburu mereka. Tak heran jika banyak hal-hal diluar perikemanusiaan yang terjadi di saat perang ini pecah. Disinilah hal menarik, Joe Sacco secara frontal menggambarkan kondisi kota Gorazde saat terjadi serangan dan kota-kota sekitarnya. Diperlihatkan bagaimana bom-bom yang meledak, rumah-rumah yang hancur berantakan terkena mortir, korban-korban perang yang terluka parah, serta kekejaman pasukan Serbia lewat guratan pensil Joe Sacco.
[caption id="" align="aligncenter" width="901" caption="Penggambaran yang reslistis. (Curtural Weekly)"]
Dan yang menarik juga, Joe Sacco ternyata bisa memvisualisasikan hal-hal tersebut walaupun cuma berasal dari keterangan orang-orang yang dia wawancara. Sangat mendetil, sangat cermat, sangat menggugah. Seolah-olah Joe Sacco sendiri melihatnyanya sendiri lalu kemudian menggambarkan apa yang dia lihat ke atas kertas. Hal itu menjadi semacam nilai tambah sendiri, membuat pembaca bisa begidik negri membayangkan bagaimana kejadian sebenarnya yang tentunya lebih mengerikan.
Dalam sebuah segmen, ketika ditanya apakah para orang Bosnia bisa hidup berdampingan lagi dengan etnis Serbia, mereka mayoritas menjawab tidak. Hubungan mereka tak bisa kembali seperti dulu lagi, konflik telah tertanam dalam benak mereka. Melihat kekejaman pasukan Serbia dengan mata kepala sendiri yang mendasari hal itu. Seorang pria mengatakan “Mereka menghancurkan hidupku dan tidak bisa merangkai kehidupanku sendiri”. Seorang wanita dengan penuh amarah mengatakan “Aku tidak bisa lagi mempercayai orang-orang Serbia, itu sudah jelas. Hubunganku dengan orang-orang Serbia yang masih tinggal di Gorazde juga telah berubah. Semuanya sudah berbeda”.
Walau mayoritas berkata seperti itu, ada juga anggapan bahwa tidak semuanya etnis Chetnik itu jahat, masih ada yang baik. Seperti Veljko, etnis Serbia yang masih tinggal di Gorazde. Dia berselisih paham nasionalis dengan milisi Serbia hingga membuat tidak ingin balik melawan tetangga-tetangganya yang etnis Bosnia. Bahkan mereka memberikan perlindungan pada Veljko, menghentak kesadaran bahwa tetap ada kemanusiaan bahkan di konflik paling brutal sekalipun. Menarik juga mempelajari bagaimana tindakan negara-negara NATO yang saling tarik ulur dengan PBB soal penyerangan balik sebagai bentuk “teguran” pada kekejaman tentara Serbia. Tarik ulur itu membuat orang-orang Bosnia jadi pesimistis terhadap PBB karena dianggap tak mampu mencegah terjatuhnya ribuan korban jiwa.
Selain berkisah soal perang, komik ini juga berfokus pada kehidupan warga Gorazde yang tentunya tak bisa hidup seperti sedia kala. Perang telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan mereka. Ekonomi, pabrik, listrik, makanan, pendidikan, bahkan perapian penghangat yang kayunya harus dijatah oleh pemerintah kota. Hal ini seolah menegaskan bahwa perang memang akan selalu membawa dampak yang menghancurkan dan berdampak sangat buruk. Digambarkan bagaimana masyarakat kota tersebut memenuhi kebutuhan listrik dengan turbin bikinan sendiri yang diletakkan di arus lemah sungai Drina. Juga digambarkan bagaimana usaha masyarakat kota untuk tetap memelihara kewarasannya, memelihara semangat hidupnya, memelihara perjuangannya untuk tetap bertahan hidup ditengah optimisme akan berhasilnya pembicaraan perdamaian di Dayton, Ohio.
[caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Penggambaran yang frontal. (Bug Powder)"]
Secara ringkas, komik ini bisa menangkap dua sisi manusia: baik dan buruk. Sebuah refleksi bagaimana perang bukan solusi bagus untuk menyelesaikan masalah dan hanya mendatangkan kesengsaraan. Inilah sebuah karya yang mengangkat perjuangan manusia ditengah konflik etnis, dengan banyak korban jiwa. Membuat kita menyadari bahwa semangat manusia tak akan pernah mati dalam keadaan apa pun. Komik yang di Indonesia diterbitkan oleh DAR! Mizan Bandung ini sangat saya rekomendasikan untuk para peminat sejarah dan konflik di daerah Balkan, dan juga para pecinta buku bacaan yang bermutu serta sarat pelajaran hidup. Perlu ditekankan bahwa komik ini tak “malu-malu” menggambarkan apa yang terjadi saat itu, seolah melengkapi penggambaran yang blak-blakan agar kita semua sadar penderitaan masyarakat kota Gorazde dan etnis Bosnia secara keseluruhan saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H