Mohon tunggu...
Achmad Gunawan
Achmad Gunawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Rumahku sejuk banyak angin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Tidak Tertarik untuk Membahasnya

29 Januari 2015   06:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

beberapa hari belakangan, begitu hingar-bingarnya jagat Indonesia Raya dengan pembicaraan tentang kepala negara yang ingin mengangkat kepala polisi baru, kemudian oleh lembaga anti korupsi sang calon kepala polisi ini dijerat dengan persangkaan korupsi, kemudian tidak begitu lama sang penjerat jenderal gantian dijerat dengan kasus lama, tidak berhenti di sini sang polisi dilaporkan ke komnas ham, lantas diserang balik dengan pelaporan seseorang terhadap anggota lembaga anti korupsi yang lain. dan nampaknya saling jerat menjerat ini masih belum akan berhenti sampai disini.

saya sebenarnya merasa sangat sesak di dada. bukan karena terlalu banyak menghisap rokok tapi asli karena memang saya sebenarnya simpatisan dari salah satu pihak yang berseteru itu dan merasa tidak dapat terima atas langkah agresif lawan dari pihak yang saya idolakan.

saya sebenarnya sangat tidak tertarik untuk membahasnya, namun saya tidak terbiasa curhat, jadi saya tuangkan saja dalam tulisan supaya rasa sesak saya tidak menjadi ledakan. saya tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. bisa jadi pihak yang saya idolakan adalah pihak yang benar dan bisa jadi lawan dari pihak yang saya idolakan adalah pihak yang salah. kalau boleh saya bertemu dengan mereka, ya, dua-duanya, akan saya katakan silahkan kalian simpan rahasia besar kalian, silahkan kemas aib-aib kalian dengan bungkus yang sebaik-baiknya, tapi yakinlah dan jangan pernah ragu bahwa SATU di atas sana benar-benar telah menuliskan catatannya atas kalian tentang ketulusan, kemurnian, kelicikan, kebusukan dan upaya-upaya kalian untuk memperjuangkan kebaikan atau untuk menutupi keburukan yang telah kalian lekatkan ke dalam aliran darah kalian sendiri selama ini.

sebenarnya jejak-jejak itu bisa terbaca jelas pada sorot mata kalian, bisa teraba kasar pada kerut-kerut di dahi kalian, bisa terdengar parau pada serak suara kalian, bisa terlihat samar pada gemulai lembut rambut-rambut kalian. karena mereka semua kelak akan bersaksi tentang yang sebenar-benarnya mereka alami ketika hidup di dunia bersanding dengan ruh yang telah berlaku benar atau salah. tapi saya mungkin tak akan sanggup untuk menahan penasaran menunggu kebenaran itu terungkap hingga helai rambut kalian bicara. saya ingin mendengar kebenaran itu sekarang.

maka JUJURLAH kawan... jangan buat saya penasaran

hidup kalian tidaklah begitu lama dibandingkan dengan masa penantian menunggu antrian pengadilan SANG MAHA PENGADIL. tipulah para pengadil kawan-kawan karib kalian yang juga ada jejak kerut yang sama dengan yang kalian punya di dahi kalian. tipulah sesuka hati. bersekongkolah seriang-riangnya. tetap saja kalian tak akan mampu menipu SANG MAHA PEMBERI KEPUTUSAN.

mumpung masih ada waktu, berontaklah terhadap pemborgol jati diri kalian.... takutlah terhadap yang SATU. bicaralah benar, untuk kebaikan kalian sendiri. bukan kebaikan saya, karena saya tidak tertarik untuk membahasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun