Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Subsidi Untuk Kereta Cepat, Tepatkah?

15 September 2023   18:46 Diperbarui: 15 September 2023   19:17 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ardhi Suryadi/detikcom

Salah satu proyek mercusuar yang akan menjadi warisan dari pemerintahan Presiden Jokowi adalah dibangunnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Namun, proyek ambisius dari pemerintah itu ternyata menemui banyak kendala dalam proses pembangunannya. 

Hingga hari ini Kereta Cepat Jakarta-bandung masih juga belum bisa beroperasi secara resmi, yang mana, sebelumnya pemerintah sempat mengatakan akan melakukan peresmian Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada tanggal 18 Agustus 2023 sebagai kado terindah untuk ulang tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-78.

Akan tetapi, semua itu belum bisa terwujud dan seperti biasa pemerintah berdalih masih ada beberapa kendala teknis serta ada beberapa aspek yang harus diuji terlebih dahulu sebelum nantinya izin dan juga setifikat untuk mengoperasikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat dikeluarkan oleh pihak terkait.

Dengan mundurnya jadwal peresmian serta pengoperasian dari Kereta Cepat ini tentu memiliki banyak implikasi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Salah satu implikasi yang paling terasa memberatkan bagi pemerintah saat ini adalah membengkaknya biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang sekarang nilainya sudah mencapai angka US$1,2 miliar atau setara Rp18,24 triliun.

Masalah berikutnya adalah tidak adanya akses jalan bagi masyarakat yang akan menuju ke stasiun pemberhentian atau stasiun keberangkatan kereta cepat yang sampai sekarang masih dalam proses pengerjaan, ditambah lagi dengan tempat pemberhentian terakhir dari kereta cepat ini yang berada di daerah Tegalluar serta lumayan jauh dari pusat kota Bandung. 

Dengan begitu, masyarakat yang nantinya akan menggunakan kereta cepat ini harus transit terlebih dahulu untuk selanjutnya berpindah ke kereta lokal yang akan membawanya menuju ke Stasiun Bandung Kota.

Tentulah ini sangat tidak efisien dan kesannya malah menghambur-hamburkan biaya dan juga waktu yang berharga di perjalanan. Dari sini kita bisa melihat bagaimana carut-marutnya perencanaan awal dan banyaknya masalah dalam proses pembangunan proyek Kereta Cepat ini yang mana merupakan salah satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintahan Presiden Jokowi.

Lalu, bagaimana dengan harga tiket Kereta Cepat ini saat nantinya sudah benar-benar beroperasi normal? Dan, siapa saja masyarakat yang akan menggunakan atau menaiki Kereta Cepat ini untuk melakukan perjalanan singkat dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya? 

Sedangkan saat ini masyarakat sudah memiliki banyak pilihan trasnportasi untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung, mulai dari tersedianya akses jalan tol baik untuk mobil pribadi maupun angkutan umum seperti bus dan travel, tersedia pula moda transportasi kereta api Parahiyangan yang selama ini telah menjadi primadona bagi masyarakat untuk pergi ke Jakarta ataupun sebaliknya karena harga tiketnya yang sangat terjangkau bagi masyarakat kelas menegah ke bawah. 

Dan satu hal lagi, kereta api Parahiyangan merupakan salah satu kereta api yang sangat menguntungkan dan juga mendatangkan pendapatan besar bagi PT Kereta Api Indonesia.

Di tengah mendung gelap dan bayang-bayang akan gagalnya proyek kereta cepat ini, pemerintah tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah pernyataan yang membuat seluruh masyarakat merasa kecewa. 

Pada tanggal 10 Agustus 2023, Presiden Jokowi mengajak para artis juga selebritas untuk mencoba LRT yang sejatinya juga mengalami masalah yang sama dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. 

Mulai dari bengkaknya biaya proyek, molornya jadwal peresmian, dan juga ditemukannya beberapa spesifikasi yang tidak sesuai sehingga menimbulkan masalah dalam hal persinyalan.

Semua masalah ini harus bisa segera diselesaikan oleh pemerintah karena menyangkut keselamatan dan keamanan masyarakat dalam menggunakan moda transportasi massal. 

Saat turun di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Presiden Jokowi memberikan sebuah pernyataan di depan awak media: "Baik yang namanya kereta bandara, TransJakarta, KRL, kereta api, LRT, MRT, baik yang namanya Kereta Cepat, semuanya harus ada subsidinya."

Jika pemerintah pada akhirnya mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi tiket Kereta Cepat Jakarta-Bnadung dengan harapan masyarakat pada akhirnya akan beralih menggunakan moda transportasi Kereta Cepat ini. 

Bisa dipastikan kebijakan pemerintah ini akan mencederai masyarakat golongan menengah ke bawah. Mengingat sejak awal Kereta Cepat ini memang dirancang dengan sekema business to business, jadi pemerintah harus tetap berpegang pada prinsip awal bahwa pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini merupakan proyek bisnis.

Akan tetapi, pemerintah sudah mengetahui dengan tidak adanya subsidi maka, bisa dipastikan harga tiket Kereta Cepat Jakarta Bandung ini akan sangat mahal dan dampaknya tidak ada masyarakat yang akan menggunakannya. 

Jika seperti itu keadaannya saat nanti sudah beroperasi normal, bisa dipastikan proyek ini akan menjadi sebuah kegagalan yang akan mencoreng citra pemerintahan Presiden Jokowi. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan muka pemerintah maka diambillah kebijakan yang sungguh tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Dengan adanya kebijakan ini pastilah ada salah satu moda transportasi yang akan dikorbankan demi menghidupkan moda transportasi yang baru ini. Ketika subsidi tiket Kereta Cepat sudah benar-benar diberlakukan, bisa dipastikan harga tiket kereta Parahiyangan akan menjadi semakin mahal karena sudah tidak mendapatkan subsidi lagi dari pemerintah.

Dengan begitu, masyarakat akan dipaksa untuk berpindah menggunakan Kereta Cepat ini untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Jika kebijakan pemberian subsidi tiket ini masih juga tidak bisa memenuhi okupansi pengguna harian dari Kereta Cepat ini, pemerintah mau tidak mau akan menghapus perjalanan kereta api Parahiyangan dan pada akhirnya memaksa seluruh masyarakat berpindah menggunakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Sungguh, pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini akhirnya menjadi sebuah dilema bagi pemerintah. Pemerintah pada akhirnya harus mengambil kebijakan yang begitu sulit dalam masalah ini. jika proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini sampai gagal dan mangkrak, bisa dipastikan Indonesia akan masuk serta jatuh dalam perangkap jebakan utang Cina. Dan semua ini akan memiliki dampak yang serius bagi kedaulatan juga ekonomi Indonesia ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun