Semenjak adanya pandemi Covid-19 di Indonesia pemerintah meminta kepada para sekolah hingga universitas di Indonesia untuk melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh atau biasa disebut dengan kegiatan pembelajaran via online (daring). Dengan diberlakukannya kegiatan tersebut tentunya para guru, dosen, siswa, hingga mahasiswa sama-sama belajar memanfaatkan teknologi sebagai alat media pembelajaran.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh ini, tentunya tidak sedikit terjadi kendala dalam sistem ini. Karena di Indonesia sistem pembelajaran ini terbilang masih sangat awam khususnya untuk para orang tua siswa. Sehingga para guru berusaha semaksimal mungkin agar proses pembelajaran para siswa berjalan dengan baik.
"selama pandemi ini di sekolah kami menggunakan aplikasi video call via Whatsapp dan Google Duo dalam melakukan metode kegiatan belajar mengajar. Kalau untuk saya, kegiatan pembelajaran ini sangat sulit sih karena menurut saya jadi kurang efektif". Ujar Asyifa Nursukma Guru TK Pelangi Cinere Depok, Minggu (14/06).
Lebih lanjut Asyifa pun menuturkan bahwa pembelajaran jarak jauh ini membuatnya banyak merasa kesulitan, kesulitan ini karena Asyifa adalah seorang guru TK yang mana mengajar anak usia 4-6 tahun yang sangat perlu membutuhkan pembelajaran tatap muka.
"anak usia 4-6 tahun kan biasanya lagi seneng-senengnya ya belajar disekolah bareng sama guru dan teman-temannya, tapi karena lagi pandemi gini mereka mau gak mau harus belajar via online. Kadang ada juga beberapa anak yang moodnya jadi sulit untuk di kontrol, biasanya sih saya ajak mereka main teka-teki, bernyanyi, atau memberikan mereka waktu 10-15 menit untuk mereka bercerita tentang apa saja yang mereka lakukan selama dirumah. Hal kaya gitu mampu bikin mood mereka dalam belajar kembali jadi lebih baik".
Lebih lanjut siti menjelaskan kadang ada beberapa anak yang tidak didampingi oleh orang tuanya, hal tersebut membuat pembelajaran menjadi kurang efektif karena guru harus berusaha semaksimal mungkin agar sang anak dapat memahami materi yang diberikan.
Â
"ada beberapa anak yang tidak didampingi oleh orang tuanya saat pembelajaran jarak jauh dimulai, karena kan gak semua anak sudah bisa terampil sendiri ya. Contohnya ketika sedang belajar berhitung, jika anak yang didampingi oleh orang tuanya saya jadi lebih mudah meminta tolong untuk dituliskan materi di buku tulis angka 1-10 lalu di ikuti oleh anak tersebut. Tetapi kalau ada anak yang tidak didampingi saat belajar kan jadi susah, susah buat saya juga buat anak tersebut". Ucap Asyifa
Asyifa pun berharap agar banyak orang tua yang peka akan kemampuan sang anak sehingga kegiatan pembelajaran jarak jauh ini menjadi lebih mudah dan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H