“Aku janji, bakalan buktiin kalau kamu nggak salah,”
Itu adalah percakapan terakhir Elsa kepada kekasihnya, Leo, saat sang kekash tiba-tiba didatangi oleh rombongan polisi atas tuduhan perampokan bank Atlas semalam. Elsa sangat tahu bagaimana Leo dan kehidupannya. Sebelum mereka menjalin hubungan selama enam bulan terakhir ini, Elsa telah menjadi sahabat Leo sejak masih sekolah dasar. Kehidupan mereka selalu bersama, kecuali saat kuliah, Elsa harus pergi ke luar negeri untuk mewujudkan impiannya menjadi jurnalis. Meskipun bukan dari kalangan orang kaya, Leo adalah orang yang supel, sangat rajin, dan suka berbagi. Banyak orang suka berteman dengannya karena sifatnya ini. Ia selalu saja menyisakan sedikit uangnya untuk sekedar mentraktir temannya sepulang bekerja, walaupun hanya segelas kopi. Karena ketekunannya itulah, Leo diangkat menjadi salah satu manager di bank Atlas yang telah ia abdikan lebih dari lima belas tahun.
Kabar bahwa Leo terlibat kasus perampokan bank yang ia tempati tentu saja membuat seisi kantor gempar. Leo terkenal sebagi manager yang baik dan ramah. Ia bahkan pernah hampir dipecat karena berhasil mengungkapkan kasus penggelapan uang oleh manager sebelumnya, hingga akhirnya ia justru naik jabatan, karena telah membuka kebenaran. Banyak orang yang suka rela membantu Elsa mencari bukti kebenaran terkait apa yang terjadi terhadap Leo, salah satunya adalah Toni dan Siska, teman sekantornya yang juga teman seperjuangannya. Bagi mereka, rekaman CCTV yang dijadikan polisi bukti keterlibatan Leo terhadap perampokan yang terjadi semalam terlalu buram. Hanya seseorang yang memiliki postur tubuh mirip dengan Leo, pikirnya. Lagipula, saat itu Leo baru saja pulang nongkrong bersama mereka sepuluh menit sebelum kejadian, bahkan Siska juga pulang bersamanya, hingga Leo berbelok ke gang rumahnya. Apa mugkin, Leo berhasil berlari dalam lima menit kembali ke bank untuk melakukan aksinya?
Dalam pertemuan kali ini, Elsa berperan sebagai kapten tim, karena pengalamannya sebagai jurnalis sering mencari bukti untuk artikel yang ia tulis. Mereka mulai mengumpulkan bukti-bukti terkait hal yang melibatkan Leo dalam masalah ini, salah satunya alibi dari Siska tentang apa yang mereka lakukan malam itu. Tentu saja, rumah Leo jaraknya terlampau jauh untuk bisa ditempuh dalam jangka waktu lima menit saja. Selain itu, setelah dilihat lebih jelas lagi, pria yang katanya mirip Leo itu ternyata memakai penutup kepala dan membelakangi CCTV. Bagamana mungkin seseorang bisa ditangkap karena bukti yang samar?
Elsa bertugas menggeledah semua isi rumah Leo dan tidak menemukan bekas atau barang apapun yang terlihat mencurigakan. Ia bahkan sudah menyusuri ruang rahasia Leo. Sungguh tidak ada apapun yang mencurigakan sama sekali. Sedangkan Toni, ia bertugas menggeledah ruang kerja Leo, dan tidak ada apapun yang terlihat mencurigakan. Mereka kembali berkumpul untuk mendiskusikan barang bukti apa yang harus mereka tunjukkan di persidangan nanti, dua minggu lagi untuk membebaskan Leo. Mereka tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa Leo bersalah, namun juga tidak menemukan bukti bahwa Leo tidak bersalah. Penyelidikan mereka buntu hingga waktu persidangan tersisa sepuluh hari lagi.
_
Elsa mendatangi Leo, mengucapkan maaf karena tidak berhasil menemukan apapun yang bisa menyelamatkannya. Pria itu tidak keberatan sama sekali. Ia bahkan masih bisa tersenyum, melihat wajah ayu sang kekasih yang sudah lama dirindukannya. Baginya, tidak apa mendekam di penjara, yang terpenting sang kekasih bersedia menjenguknya setiap jadwal kunjungan. Elsa berkaca mendengarnya. Bagaimana mungkin ada orang sebaik itu?
“Coba kamu cek ponsel yang kusimpan di laci kamar. Barang kali ada pesan masuk atau apa, nanti kabari kalau ada apa-apa ya,” ucap Leo, mengecup puncak kepala kekasihnya.
Malam harinya mereka berkumpul di rumah Leo, karena Toni berhasil mendapatkan informasi penting. Mereka berkumpul di ruang tamu. Elsa datang usai berhasil menemukan ponsel milik sang kekasih.
“Jadi apa yang kamu temukan, Ton?” tanya Elsa.
“Ternyata yang melaporkan Leo adalah Dimas,” jawab toni memulai. Siska membulatkan mata, sedangkan Elsa mengeryit.