Saya setuju banget dengan pernyataan beliau. Banyak anak Indonesia yang pintar dalam hal akademis, tapi sangat sedikit yang mendapatkan pendidikan karakter sejak kecil. Berangkat dari ide ini, NVRO mencoba melakukan elaborasi dengan sekolah-sekolah untuk mengenalkan pendidikan karakter melalui pengolahan sampah.
Melalui program NVRO Goes to School, NVRO mencoba memfokuskan pada pembangunan karakter anak-anak di sekolah. Murid-murid sejak dini diajarkan tentang betapa pentingnya pengelolaan sampah. Semua program baik ini akan diberikan langsung ke seluruh sekolah yang terpilih di Indonesia.
NVRO sadar, kebiasaan membuang sampah sangat terkait dengan kecerdasan atau kematangan karakter seseorang. Yang pasti, kecerdasan ini tidak tergolong dalam kecerdasan akademis. Pola pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini ini tentu akan berdampak besar di kemudian hari. Utamanya untuk membentuk perilaku sadar sampah bagi anak-anak.
Menggaet Cuan dari Sampah via NFT
Apakah sampah bisa diuangkan secara digital? Saya pun belum pernah menemukan konsep seperti ini sebelumnya. Tapi nyatanya, semuanya bisa. Konsep ini kedengarannya aneh. Sama anehnya saat kita puluhan tahun silam menganggap ide-ide baru terdengar konyol.
Jika pembaca di sini tergolong generasi 90-an, pasti menganggap ide berjualan air putih kemasan di negara kita awalnya dianggap konyol. Air putih? Siapa yang mau beli. Wong jumlahnya melimpah. Setiap orang bisa memasaknya sendiri di rumah. Kenyataannya, bisnis jualan air putih mineral kemasan menjadi bisnis raksasa sekarang.
Sama halnya dengan konsep munculnya uang di zaman barter. Siapa yang mau menukarkan seekor sapi dengan beberapa lembar uang kertas. Kenyataannya, uang kertas sekarang sudah menjadi urat nadi ekonomi di seluruh dunia.
Balik lagi ke konsep menggaet cuan dari sampah melalui NFT. Ide ini seperti apa? Jadi, kurang lebih begini. Untuk melakukan penggalangan dana operasional, NVRO menyelenggarakan kompetisi NFT yang bertema pengolahan sampah. Karya ini bisa berupa musik, lukisan, puisi, dan lain-lain. Hasil karya dari masyarakat--termasuk dukungan karya dari pimpinan daerah--ini nantinya akan dilelang melalui loka pasar OpenSea.Â
Sebagian dana dari hasil penjualan/pelelangan akan digunakan untuk mendanai program-program NVRO. Proporsi bagi hasil ini pun cukup fair dengan komposisi nisbah 20:80. 20 persen untuk program-program NVRO, sisanya 80 persen untuk para penciptanya. Setiap hasil karya berhak mendapatkan royalti atas penjualan NFT tersebut.
Setidaknya ada 100 NFT yang akan dilelang melalui OpenSea. Dari 100 NFT ini, NVRO menargetkan dana sebesar 1-10 miliar rupiah. Penggalangan dana melalui crowdfunding ini akan menjadi wadah promosi donasi sosial lingkungan. NVRO sendiri menamakannya sebagai sosio NFT pertama di Indonesia.
Jadi gimana? Ide menggaet cuan dari sampah melalui NFT ini apakah menjadi inspirasi yang out of the box? Silakan tulis di kolom komentar.