Apa pendapatmu saat mendengar ada perusahaan start up yang mengubah sampah menjadi cuan via NFT? Sepertinya, ini konsep yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa sampah-sampah hasil sisa manusia dijadikan cuan lewat dunia digital.
Sejujurnya, saya pun sempat mengernyitkan dahi. Gimana caranya? Masih masuk akal jika sampah-sampah hasil limbah manusia tersebut didaur ulang sebagaimana mestinya. Ada nilai ekonominya karena menghasilkan produk baru yang bisa dimanfaatkan lagi. Tapi, bagaimana cara memperoleh cuan dari NFT dengan menggunakan media sampah? Seperti apa konsepnya?
Semua terjawab saat saya menghadiri press conference yang diselenggarakan NVRO di Astha, District 8, Jakarta (31/8). Melalui acara ini, mata saya terbuka lebar. Ternyata banyak cara dan kesempatan untuk menghasilkan cuan dari NFT alias Non Fungible Token. Bahkan, dari sampah yang mungkin buat sebagian besar kita menganggapnya sebagai limbah ketimbang potensi cuan.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia. Dari data BPS yang saya baca, produksi sampah pada 2020 sebanyak 67,8 juta ton. Dari jumlah yang sangat besar ini, 62 persen sampah dihasilkan dari sampah domestik alias sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.
Kabar buruknya, hanya 1,2 persen rumah tangga yang punya kesadaran untuk mendaur ulang. Fakta data BPS ini seperti menampar saya karena tidak tergolong dari 1,2 persen yang mendaur ulang sampah. Yah, kenyataannya memang begitu. Saya harus jujur dengan diri sendiri belum mampu mendaur ulang sampah secara maksimal. Lewat acara ini saya menjadi sadar harus bisa berbuat lebih banyak lagi untuk lingkungan.
Mendidik Karakter Anak Melalui Pengolahan Sampah Domestik
Saya pernah jalan-jalan ke Jepang. Saya akui di sana masyarakatnya sangat aware terhadap pengelolaan sampah. Kesadaran ini tidak dibangun dalam satu malam seperti legenda pembuatan candi Prambanan. Butuh proses panjang agar terbentuk masyarakat yang sadar akan limbah lingkungan.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan beragam masalah sosial seperti kesehatan, pencemaran lingkungan, dan lain-lain. Berkaca dari beragamnya dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya masyarakat yang peduli sampah, NVRO terpanggil untuk ikut berkontribusi.
Dari sini NVRO memunculkan ide untuk mendidik masyarakat sejak dini--terutama anak-anak lewat pendidikan karakter melalui pengelolaan sampah domestik. Ini seperti yang disampaikan langsung oleh CEO PT Enviro Visi Nuswantoro (NVRO), Kirdianto Hrisikesa Putra berikut ini:
"Fenomena ini, khususnya di banyak negara dunia ketiga dengan fasilitas penanganan sampah yang masih terbatas, ternyata berhubungan baik dengan kebiasaan serta karakter manusia di negara tersebut." Ujar Pak Krisdi saat press conference.