Mohon tunggu...
andre achiat fadly
andre achiat fadly Mohon Tunggu... Jurnalis - lahir di madiun 22 desember 1996, mahasiswa tingkat akhir di universitas muhammadiyah malang

seorang newbie di dunia tulis menulis, berawal dari kegemaran saya membaca buku dan butuh wadah untuk menyampaikan pemikiran saya yang kemudian membawa saya tejun ke dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fanatisme

30 Mei 2019   17:30 Diperbarui: 30 Mei 2019   17:40 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Andre Achiat Fadly

Mungkin kita tidakasing lagi dengan istilah Fanatik/Fanatisme. Fanatisme supporter sepak bola,Fanatisme agama, Fanatisme Tokoh tertentu dan masih banyak lagi. Dalam sepakbola ada istilah supporter fanatic dari sebuah club bola yang supporternya relamelakukan apapun demi mendukung tim kesayangannya berlaga, bahkan banyakterjadi kasus bentrok antar supporter sampai menelan korban jiwa yang sebenarnya tindakan seperti itu justrumerugikan ke dua belah pihak yang terlibat bentrok.

Kemudian fanatismeterhadap suatu agama atau keyakinan yang akhir -- akhir ini di Indonesia bisadibilang dalam fase kritis. Individu ataupun kelompok yang merasa dirinyapaling paham dan paling benar dalam menjalankan keyakinannya  tidak segan -- segan menyalahkan kelompok lainhanya karena dia melakukannya dengan cara yang berbeda bahkan sampai yangmelakukan kekerasan. Kemudian hal tersebut berimbas pada sikap intoleran kepadasesama umat beragama. 

Apasih Fanatisme itu ?

Fanatisme adalah sebuah sikap/perilakuatau paham terhadap sesuatu apapun secara berlebihan.  menurut KBBI (KamusBesar Bahasa Indonesia) Fanatisme adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalukuat terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya).sifat tersebut merupakan sifatyang bisa dibilang kurang baik jika condong terhadap hal yang merugikan.

 "Seseorang fanatisme tidak akan bisamengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakanseseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dancenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan,sekalipun ide tersebut merupakan kebenaran.

Apakah salah apabila seseorangbersikap fanatik?

 Fanatisme boleh-boleh saja, namun, hendaknyatetap membuka diri (dengan secara cermat) untuk menerima paham-paham lainnyadalam membentuk kerangka berpikir logis atau bahasa gaulnya open minded. Diatas langit masih ada langit, inilah pepatah yang harus tetap kita pegang teguhdalam kerangka berpikir tentang fanatisme. Yang mungkin jadi persoalan sekarangadalah fanatisme sempit, sebuah sikap yang menurut saya ngawur dan kelompok iniselalu merasa lebih superior dan segala sesuatu yang di pahaminya adalahkebenaran mutlak sehingga ketika ada ketidak sepakatan sedikit saja dengankelompok lain bisa mengakibatkan perpecahan, Sifat ini disebabkan oleh bebarapafactor salah satunya adalah ketidak sukaan terhadap individu atau kelompok lainkarena mungkin beda sudut pandang atau tidak sepaham dengan kelompoknya tanpadidasari alasan yang logis (distortion of cognition). Rasa suka yang berlebihankepada suatu hal menimbulkan sikap antipati kepada yang tidak di sukai sehinggasecara tidak langsung membuat seseorang tersebut menjadi close minded.

Bagaimana menghadapi seorang yangfanatik ? disini penulis sedikit berbagi pengalaman bagaimana cara menghadapiorang fanatic menurut pengalaman pribadi, yang pertama adalah pendekatanemosional, kalau orang tersebut adalah kawan kita sendiri tentu lebih mudahuntuk membuka kesadaran mereka dalam memandang suatu hal dengan lebih logis danobjektif.  Sekali dua kali mungkin apayang kita tawarkan belum bisa diterima oleh orang tersebut maka dari itu perluada pendampingan secara berkelanjutan sampai dirasa orang tersebut lebihterbuka pemikirannya, disini kemampuan retorika kita benar -- benar di uji. Yangterpenting adalah jangan pernah langsung menyalahkan atau membenarkan opiniorang tersebut, karena disini kita tidak mencari siapa yang benar siapa yangsalah ? melainkan memberikan wawasan baru atau sudut pandang baru menurutpemahaman masing -- masing dan kita juga harus paham betul tidak ada kebenaranmutlak, karena sesungguhnya kebenaran menurut setiap individu berbeda -- beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun