Tak tahu apa yang terfikirkan dalam benaku selama ini, kosong, kosong, hanya kosong. Bagaikam berjalan dalam sebuah lorong hitam berusaha mencari titik cahaya untuk keluar dari lorong yang gelap, gemericik air yang terdengar dalam lamunanku yang menghiasi perjalanan dalam lorong itu.
Sekilas sesuatu yang terbayang hanya wanita seksi dengan busana yang sangat minim sekali yang selalu menjadi bayang-bayang laki-laki dewasa , kunikmati sejanak lekukan demi lekukan tubuhnya, kubelai rambutnya, dan kutatap matanya sedekat mungkin sampai hembusan nafas yang terdengar ketika bibir ini berdekatan. Kulepaskan busananya dan diapun menanggalkan busanaku, aku terhanyut dengan hangat tubuhnya, dia meraung bagaikan serigala yang ditembak senapan laras panjang, meraung dengan penuh kenikmatan. Senapanku tepat sekali mengenai sasaran yang membuat dia semakin meraung. ku tembakan lagi senapanku tapi dia bangkit lagi, kutembakan lagi senapanku tapi dia bamgkit lagi, kutembakan lagi hingga amunisiku habis dan ternyata dia menyerang dengan hembusan nafas yang kencang dan detak jantung yang tak menentu karena sudah ditembak beberapa kali.
Tapi apa yang kudapatkan? Hanya kenikmatan yang tak nyata yang aku rasa. Oh tuhan keluarkanlah hambamu dari lorong hitam yang nista ini, tapi aku tidak akan menyerah menemukan titik cahaya yang kucari.
Dimana kau cahaya? Ahhhh, aku mendengar jawaban, tapi jawaban aneh yang serupa dengan teriakanku tadi, baru ku sadari ternyata itu suara yang memantul . Bagaimana aku keluar dari lorong hitam ini, cahaya sangat aku rindukan dan aku tak boleh menyerah, kan ku genggam cahaya itu.
lentunan suara adzan membukakan cahaya yang aku cari, tubuh ini seraya diajak untuk segera dibasuhi air wudhu. Kulit ini menyatu dengan sejuknya air wudhu, ku percepat langkah ini tuk meletakan telapak kaki di atas sajadah suci. tangan ini aku angkat seraya ku ucapkan takbir, ternyata inilah cahaya yang ku cari dalam lamunan hitamku. Terlalu lama aku tidak bersentuh dengan wudhu, dan terlalu lama aku bersentuh dengan kulit wanita bukan muhrimku. Hina sekali diri ini, ya Allah aku terima dosaku, tapi aku mohon terimalah air mata yang ku teteskan hanya untukmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI