Mohon tunggu...
Acheeruddin Siregar
Acheeruddin Siregar Mohon Tunggu... Petani - Petani healing

I am an ordinary boy,born to serve all of people around me.

Selanjutnya

Tutup

Money

Setelah Esemka, Sekarang Wamen, Siapa Berikutnya?

22 April 2012   07:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan.
Tulisan ini hanya opini penulis,jika ada kekonyolan,ketidak cocokan atau kebablasan,itu hanya kebetulan semata.Maafkanlah!

Masih teringat betul,bagaimana Pak Jokowi menjalankan jurus terakhirnya dalam memperkenalkan mobil Esemka kepada masnyarakat Indonesia,ternyata jurus itu manjur dalam hal publikasi,lansung ada ribuan pesanan,rasa kebanggaan membuncah dan Jokowi naik daun.Tapi, ketika berlansung uji emisi,harapan itu pun pupus,sirna dengan seketika dan Esemka pun wafat dalam perjuanganya.Jika Esemka ada,kedigdayaan Industri otomotif akan melempem.
Berkisar 3 bulan sesudah kisah heroik Esemka yang berakhir Anti klimaks,sejarah pun berulang.
Seorang Professor,alumni ITB,maju menjelaskan lingkaran setan yang akan terjadi jika subsidi tidak dikurangi.Jika Jero Wacik dlam pembelaan kebijakan kenaikan BBM lebih mengedepankan jebolnya APBN, Ekonomi Makro dan minyak Dunia.Pak Wamen berargumentasi bahwa pengurangan Subsidi adalah perbaikan mental anak bangsa,merangsang bahan bakar alternatif,dan effisiensi,,,!maka pak Wamen merasa perlu membatasi pemakaian BBM bersubsidi setelah tidak mampu menaikkan harganya,Pilihan yang paling santer terdengar adalah mobil 1.500 cc dilarang pakai Premium,!Wow ...pukulan berat bagi beberapa pihak.Sebagaimana Esemka,kebijakan Pak Wamen pun tak lepas dari komentar miring,!Tanpa diduga pak Wamen yg telah menaklukkan 40 gunung,tiba tiba lupa carang mengantisipasi berkurangya oksigen?
Wamen pun wafat memperjuangkan idenya.
Esemka dan Wamen punya kesamaan,1.Hilang dipuncak kepopuleran.2.Sama sama tampil nyentrik,3.Mengganggu pertumbuhan industri otomotif yg bernaung di bawah ketiak Liberalisme dan Capitalisme.4.Sama sama kalah dan wafat.
Tulisan ini hanya opini,tapi akan terbukti jika Pemerintah tidak berani melanjutkan kebijakan Wamen.Kita Tunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun