Mohon tunggu...
Achdiat Fadrin Almukni
Achdiat Fadrin Almukni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Manajemen - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Palangkaraya

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter Lewat Jalur Kredit dan Harga Aset pada Sasaran Akhir Inflasi

2 Desember 2022   22:24 Diperbarui: 2 Desember 2022   22:29 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter berperan dalam menentukan arah kebijakan moneter yang akomodatif dan kontraktif. Intervensi kebijakan moneter memainkan peran penting dalam menahan inflasi di Indonesia. Peran jalur kredit dan harga aset dalam transmisi kebijakan moneter dapat mempengaruhi pelaku bisnis dan publik seperti konsumen dan merangsang kegiatan ekonomi. 

Peran saluran kredit dan harga aset sebagai fasilitator kebijakan moneter adalah mengelola dan meminimalkan informasi yang tidak sempurna, kemungkinan kecurangan dan seleksi yang merugikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran jangka panjang saluran kredit dan harga aset terhadap inflasi. Dalam penelitian ini, metode VECM digunakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel BI7DayRR, kredit investasi, kredit modal kerja, IHSG dan DPK memiliki pengaruh jangka panjang yang signifikan terhadap inflasi.

 Peran penting Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah menjaga stabilitas inflasi melalui instrumen jalur kredit dan jalur harga aset. Pentingnya koordinasi yang berkelanjutan antara pemerintah pusat, regulator dan otoritas moneter, yaitu. H. Bank Indonesia, dalam pengendalian inflasi.

Variabel BI7DayRR, kredit investasi, kredit modal kerja, IHSG dan DPK berpengaruh signifikan terhadap inflasi jangka panjang. Dalam sebuah penelitian (Ishioro, 2013) berjudul Monetary Transmission Mechanism in Nigeria:"The Causal Test" merekomendasikan bahwa pertukaran saluran suku bunga dan suku bunga merupakan dasar fundamental untuk penargetan inflasi di Nigeria dan menyimpulkan bahwa saluran suku bunga dan saluran nilai tukar adalah saluran transmisi kebijakan moneter yang efektif di Nigeria.

 Sebuah studi (Can et al., 2020) berjudul "How Does the Monetary Transmission Mechanism Work? Evidence from Turkey? Bukti dari Turki juga mendukung bahwa alat kebijakan utama bank sentral, yaitu suku bunga dan nilai tukar nominal, menentukan output dan inflasi. Dalam sebuah studi oleh Mayo et al., (2014)menemukan bahwa kredit investasi menjelaskan inflasi lebih baik daripada sektor lain. Hal ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan impor barang, sehingga produsen berinvestasi untuk memperluas usahanya dan tidak bergantung pada impor.

Ketika produsen berinvestasi dalam ekspansi bisnis, ini mengarah pada peningkatan permintaan dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan inflasi. Kajian Efendi (2019) "Efektivitas Kebijakan Makroprudensial terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia" menunjukkan bahwa kebijakan makroprudensial berdampak tidak hanya pada lembaga keuangan tetapi juga pada sistem keuangan yaitu pasar uang, stabilitas korporasi, permintaan domestik dan pembiayaan. infrastruktur sistem. Selanjutnya dalam penelitian (Bjrnland & Jacobsen, 2013) berjudul "House Prices and Stock Prices: Different Roles in the US Monetary Transmission Mechanism":

Peran Berbeda dalam Mekanisme Transmisi Moneter AS menunjukkan bahwa guncangan kebijakan moneter bersifat kontraktif, dengan harga saham segera turun sementara harga rumah bereaksi secara bertahap. Akibatnya, harga rumah berdampak lebih besar terhadap fluktuasi PDB dan inflasi daripada harga saham. Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian ini bahwa IHSG berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Kajian ini didukung oleh kajian (Astuti & Hastuti, 2020) "Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia"yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter melalui suku bunga dan harga aset telah efektif. 

Penelitian Roeroe et al., (2020) menemukan bahwa nilai tukar BI berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi. Hal ini dapat dijelaskan jika jumlah uang beredar secara keseluruhan menurun, percepatan inflasi dapat ditekan dengan baik. Peran perbankan dalam keadaan demikian diperlukan untuk menyeimbangkan kegiatan ekonomi yang tidak menguntungkan produsen dan konsumen. Selanjutnya penelitian Opriyanti & Wilantari (2017) menunjukkan bahwa suku bunga SBI dan jumlah uang beredar mempengaruhi inflasi karena pola konsumsi mempengaruhi inflasi. 

Penyaluran kredit terus mempengaruhi inflasi karena mempengaruhi pertumbuhan uang beredar yang dapat menimbulkan pola baru dalam belanja masyarakat secara umum. Dimana melalui penyaluran kredit yang diterima, permintaan barang dan jasa juga meningkat karena masyarakat mendapatkan dana segar melalui kredit yang diterima. Kemudian masyarakat dapat menggunakan permintaan barang dan jasa baik untuk modal kerja, investasi maupun konsumsi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun