Mohon tunggu...
ahmad baiquni
ahmad baiquni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

S2 UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbincang Politik Bersama Filsuf

16 Februari 2016   19:18 Diperbarui: 16 Februari 2016   19:39 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Filusof bukan hanya memperbincangkan masalah Tuhan saja, akan tetapi mereka memperbincangkan dan mendiskusikan kehidupan manusia ditinjau dari berbagai aspek termasuk ilmu sosial. Lahirnya ilmu-ilmu sosial ataupun eksakta tidak lepas dari peranan Filosuf, sehingga tidak heran kalau ahli filsafat kenamaan seperti Sokratis dan Plato ahli dalam berbagai ilmu, begitupun dengan filosuf muslim seperti al-Farabi, Ibnu Sina, al-Kindi, al-Razi dan lain-lain mempunyai keahlian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Al-Farabi (w. 339 H/940M) diberi gelar sarjana Politik Islam pertama , karena ia dapat melahirkan konsep al-Madinah al-Fadhilah (Negara Utama).

Konsep ini kemudian dikembangkan oleh  Ibn Sina (370 H/ 980M) seorang Filosuf, ahli ilmu kedokteran, psikologi, pemikir serta politikus. Ia bukan hanya mengembangkan konsep tersebut dalam wacana, tetapi ia mempraktekannya dalam kehidupan ketika ia dipercaya menjadi Perdana Menteri di Damaskus (Sekarang, sikitar wilayah  Rusia). Konsep yang diwacanakan al-Farabi dikembangkan dan dikonstruk ulang. Bagi Ibn Sina konsep ini pada dasarnya berpijak pada “Negara Adil dan Makmur” yang mempunyai tiga dasar bagunan yaitu “al-Madinah al-Fadilah “ (Negara Utama), al-Madinah al-Daalah (Negara Adil) dan al-Madinah al-Hasan Es Sierah (Negeri Berakhlak Tinggi). Kosep ini kemudian dirangkum dalam buku karya beliau yang belum banyak orang membahasnya “al-Siyasah”

Kitab al-Syiyasah membahas tentang konsep politik yang berisi tiga ajaran yaitu tentang keluarga, rumah tangga dan pendidikan. Karena 3 unsur ini bisa membentuk Negara, sedangkan Negara adalah politik. Jika dirik benang merah dari konsep Ibn Sina maka kana menghasilkan kesimpulan  sebagai berikut : 1). Negeri suat badan politik, 2) Rumah Tangga adalah sumber utama dan sumber inspirasi Negara dan 3) Pendidikan adalah jalan yang esensial untuk kebahagiaan Negara. (Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim h. 80). Dari sisni dapat penulis simpulkan bahwa para Filosuf juga memperbincangkan masalah politik dan ajaran Ibn Sina yang paling melekat adalah “mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain” jangan jadi pemimpin Negara sebelum mampu menaj kepribadiaannya, kalau ini diterapkan maka akan tercipta Negara yang adil  dan rakyaknya pun makmur  meninjam istilah al-Farabi “Madinah Fadilah”, namun di Negara Indonesia ini banyak orang yang ambisius untuk memimpin Negara, tetapi memimpin dirinya sendiri belum mampu sehingga mereka melakukan KKN, pendidikan dinomer duakan, keadilan dan kemakmuran tidak merata.

 

Pamulang, 14 Pebruari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun