Mohon tunggu...
Indira Natasya
Indira Natasya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

you just know my name not my story, you just know what I've done not I'd through

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu yang Dulu, Sekarang dan Aku

14 Juli 2013   05:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:35 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dulu.. kamu adalah seseorang yang selalu hadir di saat hidup sedang tidak bersikap ramah padaku. Kamu adalah seseorang yang selalu membuatku yakin bahwa hidup ini akan selalu indah, membuatku yakin akan setiap langkah yang aku ambil. Kamu membuatku merasa jauh lebih sempurna saat dunia mengolok-olokku. Kamu selalu tepat berada di sampingku, tak akan pergi kemana-mana, itu janjimu. Aku mungkin sudah kecanduan kamu. Bahkan aku tidak dapat lagi hidup tanpamu.

Sekarang.. kamu adalah orang yang menjadi alasan pertama hatiku terasa sakit. Kamu adalah seseorang yang membuatku tidak yakin lagi akan kehidupanku nantinya. Kamu bukan lagi menjadi seseorang yang selalu berada tepat di sampingku di saat aku membutuhkanmu. Janjimu tak pernah lagi kudengar. Aku mungkin sudah kecanduan kamu. Bahkan rasanya aku sudah terbiasa dengan rasa sakit yang kamu beri di hatiku.

Orang-orang selalu mempertanyakan alasan aku tetap berada di sampingmu, alasan mengapa kamu tetap menjadi orang yang selalu aku pertahankan, alasan mengapa aku selalu memberikan yang terbaik saat kamu memberikan aku yang terburuk. Harus kujawab apa pertanyaan mereka yang selalu menyerangku di saat aku berkisah tentangmu? Harusnya kamu tahu, seringkali aku merasa kamu adalah orang yang seharusnya kulupakan sejak dulu, orang yang seharusnya tidak pernah bertemu denganku, orang yang seharusnya tidak terdaftar dalam garis takdirku. Tapi kulupakan semua.. kuobati sendiri lukaku hanya karena aku mengingat, merasakan, mendengar dan mengerti.

Aku mengingat.. semua hal baik yang telah kamu lakukan untukku. Segala apapun yang telah kamu beri. Aku hanya mengingat bagaimana aku dulu.. untuk pertama kalinya jatuh cinta padamu. Hanya itu yang ku ingat jika aku merasa mulai ragu akan tingkah lakumu.

Aku merasakan.. semua cinta yang kamu beri dulu maupun sekarang. Aku tidak akan pernah menghapus rasa itu. Rasa di setiap sentuhan yang telah kamu berikan padaku. Bagaimana aku bisa melupakannya? Rasa itu begitu membekas menelusup jauh hingga tulang rusukku.

Aku mendengar.. semua kata cinta dan janji yang kamu ucapkan untukku. Setiap perkataan yang terucap dari bibirmu. Suara lembut yang selalu hadir membangunkanku di saat sibuk tidak terlalu mengejar-ngejarmu.

Aku mengerti.. semua alasan yang kamu jelaskan padaku. Saat namamu sedang tidak menghiasi layar handphoneku, saat namamu tidak pernah muncul di notifikasi facebookku, saat pesan singkatmu tidak memenuhi inboxku.

Bagaimana bisa aku melupakan itu semua? Alasan apa yang harus kuberikan kepadamu untuk tidak menyakiti aku lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun