Mohon tunggu...
Christasya Rasma
Christasya Rasma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penyuka senja, sastra, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Netizen Indonesia: Minim Literasi namun Cerewet di Medsos

27 Mei 2023   21:47 Diperbarui: 27 Mei 2023   21:53 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang sudah kita ketahui saat ini, minat baca masyarakat Indonesia kian hari kian mengalami penurunan. Seiring dengan berkembangnya era digital seperti sekarang, minat baca masyarakat Indonesia justru kian menurun. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan minat baca yang rendah. Menurut UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah dalam hal literasi global, yang menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001%. Artinya, hanya satu orang Indonesia dari setiap 1.000 orang yang rajin  membaca. 

Dalam studi terpisah yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016 bertajuk World's Most Literate Nations Ranked, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat baca, tepat di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61). Padahal, peringkat Indonesia lebih tinggi dari negara-negara Eropa dalam hal penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab minat baca masyarakat Indonesia kian menurun. 

Beberapa faktor diantaranya adalah kebiasaan membaca masyarakat Indonesia belum berkembang, sudah menggunakan teknologi informasi elektronik yang semakin canggih dan tidak lagi mengutamakan buku, sarana dan prasarana pendidikan belum merata, perkembangan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah masih jauh dari harapan, dan daya beli masyarakat bias terhadap buku yang tidak menyeluruh.

Semakin berkembangnya era digital juga turut menjadi salah satu penyebab terbesar menurunnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Era digital seperti sekarang ini memang sangat mempermudah kehidupan manusia. Segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih cepat, efektif dan efisien. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi seperti sekarang telah membuat masyarakat menjadi malas, khususnya malas membaca buku. 

Jika dibandingkan lamanya masyarakat membaca buku dan bermain gawai, tentu akan terlihat begitu jelas perbedaan yang sangat signifikan dimana masyarakat tentu saja lebih lama menatap layar gawai mereka daripada membaca buku. Selain itu perkembangan era digital seperti sekarang membuat alur pertukaran informasi khususnya di media sosial menjadi lebih cepat.

Dengan tingkat literasi yang masih rendah, ternyata netizen Indonesia cukup cerewet di media sosial. Terdapat begitu banyak bukti yang mengungkapkan bahwa netizen Indonesia sangat cerewet di media sosial. Dengan kebiasaan netizen Indonesia yang malas membaca juga semakin memperkuat argumen bahwa netizen Indonesia sangat cerewet di media sosial khususnya di kolom komentar. 

Kebanyakan netizen Indonesia ini tidak pernah membaca sampai akhir berita yang tersebar di media sosial. Bahkan tidak jarang netizen Indonesia ini hanya membaca judulnya saja namun sudah memberikan komentar buruk tentang berita yang sedang beredar. Padahal sebenarnya beberapa judul dari berita yang ada ini kurang sesuai denga isi berita karena judul berita terkadang memang dibuat lebih menarik agar pembaca lebih tertarik untuk membaca isi dari sebuah berita.  Sayangnya karena tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah, mereka langsung menghujam kolom komentar dengan berbagai kalimat yang tak jarang dapat berupa hujatan dan caci maki padahal mereka belum membaca berita yang ada sampai selesai.

Microsoft mengungkapkan tingkat kesopanan pengguna media sosial di seluruh dunia pada tahun 2020, termasuk Indonesia. Digital Civility Index (DCI) mengukur tingkat kesopanan digital pengguna media sosial global saat berkomunikasi di dunia maya dalam laporan terbaru. Pengguna media sosial Indonesia memiliki peringkat terendah di Asia Tenggara, yaitu mereka yang paling tidak sopan di wilayah tersebut. Dengan kebiasaan yang malas membaca dan cerewet di media sosial tentu saja semakin memperkuat pernyataan tersebut.

Selain sangat crewet di media sosial, netizen Indonesia juga mudah terpengaruh oleh hoax atau berita bohong yang sedang beredar. Lagi-lagi hal tersebut menjadi akibat dari minimnya tingkat literasi netizen Indonesia. Kebanyakan netizen Indonesia hanya membaca judulnya saja tanpa membaca keseluruhan isinya padahal belum tentu judul yang ada mewakili seluruh isi. Berita yang belum tentu benar itu langsung disebarluaskan tanpa membaca keseluruhan isi dan tanpa mencari tahu dulu sumber darimana berita tersebut berasal. Bahkan tak jarang berita hoax yang disebarluaskan ini dipercayai oleh mereka yang hanya membaca judul dan menyebabkan huru-hara di kehidupan masyarakat Indonesia.

Maka dari itu perlu adanya kegiatan yang dapat meningkatkan literasi masyarakat Indonesia oleh semua pihak agar kejadian seperti cerewet di sosial media tanpa membaca berita sampai akhir dan suka menyebarluaskan hoax dapat diminimalisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun