Situs direktori pendidikan tinggi internasional, 4International Colleges and Universities (4ICU) menempatkan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai kampus peringkat terbaik nasional pada tahun 2017. UGM juga dinobatkan sebagai universitas peringkat 52 ASIA, dan peringkat 397 dunia dari 13.000 universitas di 200 negara yang diulas.
Tidak heran memang bila mendengar prestasi UGM yang seabrek itu. Banyak sekali tokoh penting nasional bahkan dunia memiliki hubungan dan kenangan khusus di "Kampus Biru" ini. Sebut saja Presiden RI ke-7, Joko Widodo yang pernah mengenyam ilmu di Fakultas Kehutan UGM tahun 1980-1985. Bahkan Ibu kandung President USA ke-44 Barack Obama, Anna Dunham, juga punya kenangan dan kedekatan khusus dengan UGM saat menjalani penelitian untuk disertasinya.
Selain nama besar tersebut, UGM juga diuntungkan karena berdiri di kota yang julukannya "Kota Pelajar". Anak bangsa dari Aceh hingga Papua bahkan negara-negara tetangga memiliki minat yang tinggi untuk dapat menimbah ilmu di kampus yang kaya akan para cendekia.
Namun, tidak sedikit pula pelamar yang mendaftarkan diri ke UGM, harus berjuang lebih karena memang beberapa persyaratan masuk UGM sudah menunjukkan kualitasnya sebagai kampus terbaik nasional yang bagi sebagian orang masih dianggap sebagai syarat yang memberatkan.
Berikut adalah beberapa syarat yang masih sering dianggap berat tersebut:
AcEPT
Di antara prasyarat yang (masih) dirasa berat bagi kebanyakan pelamar adalah nilai Academic English Proficiency Test (AcEPT) yang dianggap cukup tinggi. AcEPT adalah uji kompetensi bahasa Inggris yang dirancang untuk mengukur kemampuan akademik (English for Academic Purposes).
Persyaratan program Pasca Sarjana di UGM, terutama untuk tingkat doctoral, para peserta harus mampu meraih skor 250; sementara untuk tingkat master, diwajibkan untuk meraih skor 210. Target-target ini pada umumnya bersifat mutlak dan harus bisa dicapai. Apabila target tersebut tidak dapat dicapai maka peserta tes harus mengulang tes lagi sampai skor yang telah ditentukan bisa dicapai.
Kenyataan menunjukkan bahwa target-target tertentu pada umumnya sulit dicapai oleh peserta tes. Target di atas 250, misalnya, terkadang hanya bisa diraih setelah peserta tes belajar untuk waktu yang lama sekali dan mengikuti tes berkali-kali. Peserta tes bahkan seringkali mengalami kesulitan memprediksi kapan kira-kira mereka bisa meraih skor yang diinginkan. Gagalnya peserta tes untuk meraih skor tertentu dan sulitnya memprediksi skor yang bisa dicapai, membuat AcEPT ini menjadi tes yang sangat menantang bahkan diistilahkan "menakutkan".
Pada prinsipnya memang setiap orang memiliki peluang untuk dapat meraih skor yang diinginkan, entah itu 210, 250, atau bahkan 400. Tetapi jalan menuju ke skor tersebut tidaklah mudah dan harus ditempuh dengan cara-cara yang rasional. Persiapan yang tidak rasional dan tidak menyeluruh tak kan mungkin mencapai target skor yang dibutuhkan. Peserta harus mengetahui dengan pasti APA yang diujikan dalam tes AcEPT dan BAGAIMANA mempersiapkan diri menghadapi tes tersebut.
ToEFL/IELTS/TOEP