Kota Industri, dua kata itulah yang terlintas di pikiran setiap orang ketika mendengar sebuah tempat yang bernama Kabupaten Bekasi. Sebuah julukan yang memang benar adanya karena fakta membuktikan bahwa Kabupaten Bekasi telah menjelma menjadi salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Segala macam industri bisa ditemukan di Kabupaten Bekasi. Â
Dikenal dengan Kota Industri yang cukup besar bukan berarti Kabupaten Bekasi tidak memiliki kebudayaan lokal. Beberapa kesenian lokal Kabupaten Bekasi yang wajib kita ketahui diantaranya seperti Tari Topeng Bekasi, Wayang Kulit Bekasi, Tanjidor Bekasi, Kliningan Tanji, Calung Delengket dan masih banyak kesenian lokal di Kabupaten Bekasi yang mungkin belum kita ketahui. Sebagai generasi penerus wajib hukumnya bagi kita untuk mengenal kesenian-kesenian tersebut.
Hadirnya era baru industri 4.0 menjadi tantangan baru bagi masyarakat lokal Kabupaten Bekasi. Sistem otomasi di era industri 4.0 ini bukan hanya akan merevolusi keadaan masyarakat dari sisi teknologi informasi yang serba instan. Tetapi, aspek kebudayaan pun akan terkena dampaknya.
Apa pengaruh era industri 4.0 terhadap kebudayaan yang ada di Kabupaten Bekasi? Jelas pengaruhnya akan sangat signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk kebudayaan. Sistem serba canggih di era industri 4.0 memungkinkan setiap orang untuk mengakses segala bentuk informasi dari seluruh dunia dengan sangat cepat. Hal itu memungkinkan seseorang untuk melihat kebudayaan luar melalui segala kecanggihan yang ada di genggamannya.
Hal ini bisa menjadi kekhawatiran tersendiri di saat semakin meredupnya kesadaran generasi muda dalam melestarikan kebudayaan lokal. Ditambah lagi dengan keadaan Kabupaten Bekasi sebagai kawasan industri besar yang dapat mengundang investor serta penduduk dari mancanegara untuk datang ke daerah ini. Sebagai salah satu contoh di Kabupaten Bekasi sering di adakan Momiji Matsuri yang mana acara tersebut sangat kental dengan kebudayaan Jepang. Yang menjadi perhatian adalah Momiji Matsuri ini sangat diminati oleh warga Kabupaten Bekasi terutama kalangan anak muda, sedangkan pertunjukan kebudayaan lokal sendiri sangat sepi peminat.
Kemajuan di era industri 4.0 tentu bisa menjadi suatu hal yang positif bila kita mampu mengendalikan diri. Namun dengan melihat keadaan yang ada, era baru justru semakin mengikis kearifan lokal yang telah tertanam sejak dahulu kala. Perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak dan solusi yang tepat untuk mempertahankan kebudayaan lokal Kabupaten Bekasi di era industri 4.0.
Solusi yang pertama adalah tetap mempertahankan perilaku yang membudaya dengan mempertahankan nilai dan norma yang dijunjung tinggi. Masyarakat Indonesia terkenal akan keramahan dan sopan santunnya, misalnya selalu membungkukkan badan ketika berjalan di depan orang lain, mencium tangan ketika bersalaman dengan orang yang lebih tua dan masih banyak lagi adab yang mencerminkan perilaku yang menjadi ciri khas bangsa ketimuran ini.
Hadirnya sistem daring di industri 4.0 membuat segala sesuatunya menjadi serba instan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan perut pun bisa dipenuhi dengan sistem daring tersebut. Munculnya fenomena ini bisa saja menyebabkan kemalasan apabila tidak dimanfaatkan secara bijak. Dengan kata lain manusia bisa dikendalikan oleh robot. Akibatnya adalah kurangnya interaksi langsung antar manusia dan sangat bertentangan dengan perilaku yang membudaya, karena tidak terlatih untuk bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kasus seperti ini pernah terjadi di Inggris. Pada pertengahan abad ke-18 di Inggris  terjadi revolusi industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi ini mendatangkan kemakmuran bagi sebagian masyarakat. Namun di sisi lain revolusi industri ini menimbulkan paham kapitalisme dan dehumanisasi. Manusia menjadi tidak dihargai sebagai manusia dan tidak memanusiakan manusia. Hingga akhirnya dimasukanlah mata pelajaran Social Studies  ke dalam kurikulum, agar masyarakat di sana mempelajari masalah interaksi sosial serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyrakat.
Kasus seperti di Inggris bisa saja terjadi di negara kita, jika kita tidak bijak dalam menggunakan teknologi. Maka dari itu meskipun sistem canggih mengelilingi kehidupan, jangan sampai kita terbawa arus apalagi ketergantungan. Sehingga kita tetap mempertahankan perilaku yang membudaya sebagai bagian dari warisan bangsa Indonesia. Karena bagaimana mau melestarikan kebudayaan lokal jika bersosialisasi saja jarang dilakukan.
Kedua adalah dengan cara membiasakan diri menggunakan Bahasa Daerah dalam kehidupan sehari-hari. Di Kabupaten Bekasi sendiri yang terdapat banyak pendatang dari berbagai daerah bahkan mancanegara, penggunaan Bahasa Daerah menjadi semakin mengkhawatirkan. Masyarakat menjadi enggan menggunakan bahasa daerah kelahirannya. Bahkan anak baru lahir pun sejak balita tidak lagi diajarkan bahasa daerah yang baik. Melihat fenomena ini sudah semestinya bagi kita untuk kembali menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan penggunaan Bahasa Daerah di era industri 4.0 pun kian nyata. Dengan menggunakan ponsel pintar yang ada digenggaman, kita dapat mengakses berita dengan berbagai macam bahasa. Namun dengan sistem keterbukaan informasi ini semestinya kita juga memiliki kesempatan yang luas untuk dapat melestarikan Bahasa Lokal. Hadirnya jejaring sosial membuat setiap orang membuat konten menarik yang bisa disaksikan oleh seluruh penduduk bumi. Kita pun bisa melakukan itu, dengan cara membuat konten-konten menarik menggunakan Bahasa Daerah. Agar Bahasa Daerah kita bisa tetap lestari dan terkenal hingga ke mancanegara serta hal tersebut merupakan bukti kecintaan kita terhadap Bahasa Daerah kita sendiri.Â
Ketiga adalah dengan cara mendukung pendidikan yang berbasis kearifan lokal. Mungkin kita pernah menyaksikan di Kabupaten Bekasi sering sekali ada sekolah yang menampilkan pertunjukan-pertunjukan Modern Dance yang diadopsi dari budaya barat. Hal tersebut memang wajar-wajar saja sebagai bentuk kemajuan teknologi yang membuat kita bisa juga mempelajari budaya luar. Namun yang menjadi keprihatinan adalah kemanakah arah kesenian daerah yang kita miliki? Apakah para siswa sekolah sudah tidak mau mempelajarinya? Atau memang tidak ada pembelajaran mengenai kesenian daerah di sekolahnya?
Kita bisa bercermin dari Negara Jepang. Negara yang sangat modern dengan segala teknologi canggih yang mereka miliki. Namun di sisi lain mereka tetap menonjolkan budaya yang menjadi ciri khas bangsa mereka. Kabupaten Bekasi pun bisa mencontoh hal tersebut. Melalui pendidikan hal tersebut bisa diwujudkan. Kurikulum yang dibuat harus mampu mendukung kearifan lokal.
Sekolah-sekolah di Kabupaten Bekasi harus berani menambah jam pelajaran Bahasa Lokal, agar siswa lebih mencintai bahasa yang dimilikinya. Selain itu pengguaan pakaian adat di hari-hari tertentu juga merupakan sesuatu yang perlu di terapkan pada instansi sekolah. Berikutnya ekstrakurikuler pun bisa diadakan ekstrakurikuler kesenian daerah. Untuk menunjukan hasil nyata dari pendidikan berbasis kearifan lokal, sekolah perlu membuat pertunjukan kesenian lokal dalam rangkaian kegiatan proses belajar mengajarnya.
Keempat adalah menambah sanggar budaya yang ada di Kabupaten Bekasi. Keberadaan sanggar budaya di Kabupaten Bekasi jumlahnya sangat sedikit. Selain sedikit keberadaannya pun tidak terawat dan terprogram dengan baik. Hal ini tentu saja menghambat pelestarian budaya. Banyak anak-anak atau generasi muda yang tertarik dengan kesenian tradisional, namun mereka bingung harus mengasah kemampuan mereka di mana.
Fungsi sanggar budaya sangatlah penting karena bisa menjadi jantung dalam pendidikan dan pengenalan budaya. Melalui sanggar pula kebudayaan dapat berkembang dan tetap bertahan di tengah perkembangan zaman. Fungsi lain dari sanggar budaya adalah dapat menjadi objek wisata daerah yang mana dapat mengangkat daya tarik Kabupaten Bekasi di ranah rekreasi. Â Â Â
Kelima adalah melakukan festival kebudayaan secara konsisten dan profesional. Ketika kita melihat keadaan pelestarian kebudayaan di Kabupaten Bekasi maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah kurangnya akses dalam menampilkan kebudayaan itu sendiri. Dalam melestarikan budaya tidak cukup dengan hanya membuat sanggar-sanggar budaya, tetapi yang lebih penting adalah adanya kegiatan yang menunjang apresiasi terhadap pelestarian budaya tersebut.
Adanya festival kebudayaan setiap tahun akan meningkatkan gairah masyarakat dalam mengenal dan melestarikan budaya. Inovasi yang dibuat para pemangku kepentingan dalam membuat festival kebudayaan juga perlu diperhatikan demi menarik minat para pengunjung dan agar anggaran yang telah disalurkan untuk festival kebudayaan bisa menghasilkan pertunjukan yang memuaskan. Untuk mendukung festival kebudayaan perlu adanya keseriusan dinas terkait bersama dengan budayawan yang ada di Kabupaten Bekasi.
Keenam adalah melakukan promosi secara langsung maupun melalui jejaring sosial. Promosi kebudayaan merupakan sesuatu yang penting. Tujuannya untuk menunjukan kepada dunia bahwa Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang memilki daya tarik tersendiri. Maju mundurnya suatu daerah juga ditentukan oleh seberapa mampu daerah tersebut mempromosikan kebudayaannya.
Promosi secara langsung dapat dilakukan dengan melakukan pertunjukan di dalam negeri maupun mancanegara. Hal ini dirasa akan dapat menjaga eksistensi kebudayaan lokal. Selain itu promosi kebudayaan akan dapat menarik minat wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung. Selain dengan promosi langsung, kita juga dapat mempromosikan kebudayaan lokal melalui jejaring sosial. Melonjaknya angka pengguna media sosial di era industri 4.0 bisa kita manfaatkan secara bijak untuk mempromosikan kebudayaan lokal yang kita miliki.
Dan yang ketujuh adalah menghindari sikap gengsi dalam mempelajari budaya lokal. Tidak ada cara lain yang lebih ampuh dalam mempertahankan kebudayaan lokal selain mau mempelajari kebudayaan itu sendiri. Rasa memilki harus kita tanamkan dalam jiwa. Jangan pernah merasa malu apalagi gengsi. Warisan budaya yang baik dari para leluhur harus kita jaga dan pertahankan.
Beberapa solusi di atas harus dapat kita wujudkan demi tetap bertahannya kebudayaan lokal yang ada di Kabupaten Bekasi. Kemajuan zaman yang terus berkembang setiap waktu, tidak menjadi alasan untuk kita lupa akan kebudayaan yang telah tertanam sejak dahulu kala. Era industri 4.0 hanyalah rangkaian kemajuan zaman yang kita jalani sekarang. Entah esok atau lusa era baru akan muncul. Namun yang harus kita ketahui bahwa kebudayaan lokal harus menjadi bekal identitas di tengah perubahan zaman tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H