Suka tidak suka di era Revolusi Industri 4.0 ini persaingan antar perusahaan sangat ketat, bukan hanya skala nasional, namun regional dan global. Perusahaan tidak cukup lagi mengandalkan kualitas, tapi juga akan diaudit setiap tahapnya dari awal sampai akhir siklus berupa Life Cycle Assesment (LCA).
Banyak keuntungan bagi perusahaan juga dengan menerapkan ini terutama jadi bisa mengetahui efisiensi dan efektivitas tiap tahap dan bisa dikonversi menjadi keuntungan. Sistem audit di Industri 4.0 akan berdampak kepada industri-industri yang jika tidak siap, maka berpotensi terdisrupsi.
Saat ini segalanya setiap tahapan jadi bisa dievaluasi dengan lebih mudah, transparansi dengan beragam alat takar dan dibantu dengan teknologi analisis Big data dan alat-alat IoT dengan harga makin terjangkau, kalkulasi dengan komputasi awan  (cloud computing), dan sistem pencatatan berbasis Block Chain.
Selain Life Cycle Assesment(LCA) juga pengetahuan terkait Life Cycle Inventory (LCI). Semua itu ada ilmunya agar bisa sistematik, jelas, terukur setiap evaluasinya.Â
Hal lain ada intellectual capital terkait hal ini harusnya sudah dikuasai mahasiswa terutama kampus yang ingin terkait erat dengan industry. Kerjasama  akademik-industri ini harus dikuasai betul oleh mahasiswa yang akan menjadi feeder dunia industri dalam negeri.
Penilaian Siklus Daur Hidup (Life Cycle Assessment, LCA) merupakan pijakan kunci dalam analisis rantai supply (Supply Chain) dalam suatu siklus produk yang dimulai dari Upstream (Cradle) sampai dengan Produk Akhir, Limbah (Grave) dan Re-use. Â LCA yang didukung dengan Life Cycle Inventory (LCI)Â berkualitas, akan dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing dan inovasi produk industri.
Institut Teknologi Sumatera (ITERA) berkepentingan dengan ilmu ini karena ITERA adalah kampus teknik yang akan berkaitan sangat dekat dengan industry di Sumatera. Untuk itu ITERA mengundang narasumber yaitu Dr. Nugroho Adi Sasongko dari BPPT yang menjelaskan dengan panjang lebar terkait ini pada webinar yang dihadiri oleh lebih 300 orang dari berbagai universitas, berbagai Lembaga pemerintah dan industri ini (28/9). Acara juga dipandu oleh Direktur International Office ITERA yaitu Acep Purqon.
Acep Purqon menjelaskan kerjasama Akademik-industri harus dipacu agar terjadi percepatan teknologi dan menghasilkan produk yang kompetitif. Pemahanan tentang ini akan membawa produk-produk dari Sumatera juga semakin menglobal dan sangat kompeptitif, juga lebih dari itu semakin bekerja secara efektif dan efisien dalam mendukung sustainabilitas perusahan yang nantinya akan berdampak ke bertumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di sumatera.Â
Acep Purqon juga sebagai advisor di Pusat riset dan Inovasi (Purino) Big data rencananya akan memberikan pelayanan LCA dan LCI bekerja sama dg industri-industri di sumatera.
Di berbagai negara seperti Amerika Serikat telah memanfaatkan maksimal terkait LCA dan LCI ini untuk mendongkrak keuntungan, pengembangan produk dan sebagainya. Semua itu bahkan tercatat di teknologi Big Data-nya di US. Untuk Kawasan ASEAN, Indonesia masih tertinggal. Sementara, Singapore, Malaysia dan Thailand sudah lebih dulu menerapkan ini sehingga produknya semakin kompetitif.
Saatnya Akademi-industri bergandengan erat untuk memajukan industri-industri terdekat dengan kampus, agar perusahaan dan industri bisa kompetitif di level nasional, regional, maupun global.