Hari ini tanggal 26 Juli, kita memperingati Hari Mangrove se-Dunia. Apa pentingnya memperingati hari ini bagi kita dan Indonesia? Kenapa kita berkepentingan dengan ini?
Sebagai perbandingan, Indonesia adalah negara dengan luas hutan bakau (mangrove) 4,5 juta hektar. Dan ini setara dengan 20% dari keseluruhan hutan mangrove dunia.Â
Spektakuler, ya kita penguasai 20% dunia, maksudnya kita diamanahi dengan luas hutan bakau yang sangat luas hampir 20% dari luas hutan bakau se-dunia. Sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai yang luas maka memungkinkan berkembangnya hutan bakau ini.
Hutan bakau sangat penting karena tanpa hutan bakau maka akan terjadi abrasi pantai. Bayangkan abrasi pantai ini lama-lama akan berpotensi mengurangi setiap jengkal luas daratan Indonesia. Semakin lama daratannya semakin berkurang kalau diukur. Mungkin setara kehilangan berapa kali luas negara Singapura untuk kurun tertentu. Kegunaan yang lain adalah mencegah intrusi air laut dan penyaring alami serta masih sangat banyak fungsi lainnya. Termasuk tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. Salah satunya adalah Bekantan.
Kali ini saya melihat dari dekat untuk pengalaman berinteraksi dengan Bekantan. Salah satu tempat yang sangat menarik adalah Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Tempat yang menurut saya sangat eksotik dan mesti dikunjungi oleh siapa pun, dengan pemandangan yang indah tempat beragam jenis hewan tinggal di ekosistem sini. Tentu banyak hewan menarik, namun kali ini saya akan fokus ke hewan Bekantan.
Jenis binatang yang hanya bisa hidup di hutan mangrove ini adalah jenis yang dilindungi dan hampir punah karena satu alasan penting yaitu Bekantan hanya mengkonsumsi daun-daun mangrove aja. Dia tidak bisa pindah ke lain hati, eh ke lain makanan. Jadi bisa dibayangkan kalau mangrove ini habis, artinya habis juga spesies ini.
Bekantan merupakan hewan asli Indonesia dan hanya ada di Kalimantan ini karena mengikuti tempat hidupnya di ekosistem hutan mangrove. Dia terbilang binatang pemalu sehingga menambah tingkat kesulitan dalam menjaga hewan ini. Saya mendapatkan penjelasan panjang lebar terkait cara hidup habitat berkelompok hewan ini, dari cara makannya dll. Tapi yang intinya, sampai sekarang Bekantan hanya bisa menkonsumsi daun-daun mangrove. Jika mangrovenya habis maka kita akan kehilangan spesies langka di dunia dan hanya ada di Indonesia.Â
Menjaga mangrove artinya menjaga banyak spesies dari kepunahan. Saat bisa menjaga mangrove juga sebenarnya kita menjaga dari kehilangan setiap jengkal tanah Indonesia tercinta ini. Jangan sampai leluhur kita mati-matian menjaga setiap jengkal yang direbut oleh penjajah, tapi tanpa terasa saat ini diam-diam hilang setiap jengkal di sepanjang bibir pantai karena abrasi laut, saat hutan mangrove luput dari terjaga kita. Tentu perlu usaha bersama dan sangat masif untuk itu. Anggap saja mereka tanaman tentara kita yang menjaga setiap jengkal tanah di perbatasan bibir pantai. Terima kasih untuk Mangrove sang tentara perbatasan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H