Saat ini di era covid-19, kita dihadapkan pada situasi sulit, di mana hubungan fisik berjarak dan interaksi diakomodir dalam bentuk komunikasi daring (online). Banyak orang memperkirakan situasi ini akan terus dan diadopsi di era new normal atau AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru).
Saya jadi menerawang melihat buku-buku tua dan sedikit cerita. Salah satu role model yang menarik menjadi guru adalah Arnold sommerfeld. Dia bukan pemenang nobel, tapi dia seorang guru yang bisa melahirkan banyak murid berprestasi dan menjadi pemenang nobel. Sesuatu yang Einstein saja mengakui tidak bisa seperti Sommerfeld.
Sebut saja murid-muridnya Sommerfeld sbb:
- Werner Heisenberg (Nobel Fisika 1932)
- Wolfgang Pauli (Nobel Fisika 1945)
- Peter Debye (Nobel Kimia 1936)
- Hans Bethe (Nobel Fisika 1967)
- Linus Pauling (Double Nobel, Nobel Kimia 1954 dan Nobel perdamaian 1962)
- Isidor Rabi (Nobel Fisika 1944)
- Max von Laue (Nobel Fisika 1914)
Itu yang mendapat nobel, belum lagi puluhan murid yang dilahirkan dan hebat-hebat selevel para pemenang nobel juga. Boleh dibilang Sommerfeld juga seorang pemburu bakat yang baik. Einstein sempat berbicara ke Sommerfeld "What I especially admire about you is that you have, as it were, pounded out of the soil such a large number of young talents."
Saya mengagumi banyak buku textbook tua yang dikoleksi hadiah dari para pembimbing saya, misalnya buku-buku tua ini, terbitan di bawah 1950-an (Sepertinya perpustakaan di Indonesia tidak memiliki hardcopy buku-buku berikut ini):
- Dirac (nobel fisika 1933)
- Heitler (muridnya Sommerfeld)
- Slater (muridnya yaitu shokley, nobel fisika 1956)
- Pauling (nobel kimia dan perdamaian)
- Green (murid born, nobel fisika 1954)
- Langmuir (Nobel kimia 1932)
- Prigogine (Nobel Kimia 1977)
Saya buka-buka buku Sommerfeld berjudul Mechanics of Deformable Bodies. Menarik sekali dia menyusun urutan menjadi pengetahuan terintegrasi antara material, elastisitas, gelombang, vortex, sampai ke hydrodynamics problem dll.
Mungkin begitu cara berfikir Sommerfeld saat mendandani murid-muridnya. Bisa melahirkan murid yang pemenang nobel fisika, nobel kimia, dan nobel perdamaian adalah cara berfikir holistik terintegrasi dan fundamental serta big think dan memotivasi para murid-muridnya.
Nobelnya mungkin tidak bisa ditiru, tapi cara-caranya dalam mendandani murid-muridnya sangat mungkin untuk bisa ditiru.
Di era daring (online) ini mungkinkah melahirlah tokoh-tokoh besar?
Tokoh H.O.S. Tjokroaminoto adalah tokoh langka, karena melahirkan tokoh baru lagi dan tokoh besar lainnya. Sebagai Guru, Tjokroaminoto mengajari murid-muridnya luar dalam. Bukan masalah akademik semata, tapi juga mampu menyuntikkan spirit luar biasa kepada murid-muridnya. Muridnya ditempa bukan didoktrin tapi diajak berfikir dan dikembangkan potensi fikirnya.
Dalam sejarahnya beliau punya 3 murid yang kelak jadi bagian sejarah perjalanan bangsa Indonesia dan terdepan pada pemikiran masing-masing yaitu Soekarno (nasionalis), Kartosuwiryo (agamis), dan Muso (sosialis, komunis).