Tapi kata republik kini seolah tak berarti apa-apa, kecuali bahwa Indonesia bukan kerajaan". Sama halnya dengan anak muda saat ini bahwa kami tidak mengetahui pejuang 98 yang sering disebut-sebut sebagai pejuang reformasi yang kami tahu bahwa indonesia mengalami pergantian sistem, titik hanya itu saja. Apa itu salah kami sebagai generasi pasca reformasi? tentu saja bukan.
selanjutnya secara personal saya adalah mahasiwa yang terlibat pergerakan mulai dari 2014-sekarang artinya saya merasakan betul bagaimana rezim Jokowi dari pertama sampai diakhir masa jabatannya, dari beberapa kali turun ke jalan hampir setiap isu dari mulai 2017 bayak kawan kami meninggal dan juga ditangkap namun tidak menjadikan sebuah catatan untuk bergerak lebih besar.
Kami sadar jika kesalahan ada dalam kondisi generasi kami sendiri namun terlepas dari hal tersebut rezim ini kehilangan sesuatu yang berharga yakni moral dan etika publik. Dimana mereka tidak menyadari jika sebenarnya telah terjadi kemerosotan demokrasi di indonesia. Pola Idiologi State Aparatur dan Represivitas State Aparatur dijalankan dengan sangat sempurna sampai rakyat merasa tidak sedang ditindas. pembukaman demokrasi ini semua direkayasa menjadi sebuah kekuasaan yang otoriter yang legal secara hukum. selain itu ada keterlibatan penuh aktor reformasi dalam konsep ini bahkan mereka sendiri yang melakukannya.
Last but not least untuk anak muda indonesia saya ingin katakan bahwa perjuangan di setiap generasi akan terus ada, mari kita tutup buku perjuangan reformasi dan buka lembaran buku perjuangan lain karena saya yakin sebenarnya kita sudah memahami dimana kita harus berdiri di tengah kondisi bangsa kita saat ini, yang terpenting bahwa kita semua adalah pemilik Indonesia dan kita semua sebagai pemiliknya lah yang akan menentukan masa depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H