Mohon tunggu...
Acp Krisandi
Acp Krisandi Mohon Tunggu... Petani -

Seorang Pembaca Biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Namanya COC

25 November 2015   23:08 Diperbarui: 25 November 2015   23:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas menjelaskan materi pengantar malam, kembali berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal. Namun kini terasa ada hal yang berbeda dari sekian manusia yang duduk bersama saya menghadap di satu meja masing-masing memiliki kekasih yang hanya berada di genggaman tangan.

HP android dengan berbagai merek dan sebuah permainan yang mereka sebut COC. Asing rasanya berhadapan dengan mereka yang kendalikan oleh mesin berlayar sentuh seakan dunia nyata terlupakan oleh dunia tak nyata yang saling membuat benteng dan menyerang.

Sesekali mereka mendiskusikan point dan hasil penyerangan dengan tertawa terkikik-kikik. Oh., tak hanya itu sebuah kabel rol yang panjang melantai terus di tusuk dengan benda hitam bertali sebagai sumber energi kekasih-kekasih kotak mereka.


Ahh.., masa indah bibir-bibir cerewet kita telah berlalu, jika dulu berkumpul seperti ini diskusi kita melayang membumbung menembus langit kemudian turun melayang kembali masuk ke hati. Hingga terjadilah kegiatan dari hati ke hati yang mengikat persaudaraan kita.

Begitu banyak yang selalu ingin disampaikan namun fikiran dan hati telah terbenam dalam COC. Entah ingin kuanggap apakah diri ini yang tak tahu bermain COC seakan kesendirian lebih mengbelai mesrah jiwaku dalam HP BB yang tak akan pernah bisa bermain COC.

Jika dulu si gondrong selalu ribut dan menyeramkan dengan mulut mengepulkan asap. Yang berambut pendek dan rapi sangat berwibawa. Senior yang hadir kadang menjadi pusat diskusi hingga konfrontasi konsep yang nyaris melahir keributan. Kini semua serba COC dengan benteng yang "gondrong" atau "pendek" dan "rapi" dan COC pula jadi sentral diskusi.


Mata rabun karena membaca, hati resah karena kebodohan dan ketimpangan sosial, fikiran sibuk dengan berfikir untuk berbagai macam hal. Tapi semua kini lebur oleh COC. Mungkinkah harus ku benci COC, disaat penghuni gedung tua ini tak bisa membayar lampu dan air tapi masih bisa ber COC.

Bias kekasih yang harus selalu berdampingan tergeser oleh program yang di ciptakan entah oleh siapa yang kini menciptakan persaudaraan bisu. Lucu.., melahirkan senyum manis tipis dan tawa bahagia kini lebih banyak di lahirkan di COC dalam kotak berhala android. Jengkel dan bangga karena kejatuhan dan peningkatan kini berpindah ke COC yang tidak nyata. Bangga mendirikan benteng pertahanan kuat dan menyerang dengan naga dan pasukan. Jengkel ketika benteng "gondrong" sebagian hancur di serang.

Sepertinya saya harus menggugat Neistche yang mengatakan "Senjakala Berhala-Berhala". Niestche mengkritik pengkotak-kotakan manusia dalam agama, suku, isme-isme yang kemudian melahirkan ke-aku-an dalam ikatan kelompok bukan ikatan kemanusiaan.

Kini berhala baru hadir di tengahku namanya COC, entah dia mau masuk dalam berhala macam apa. Bukan suku, bukan ego, bukan agama, bukan isme. Itu permainan sebuah semiotika/ penyimbolan manusia kelas menengah dengan HP canggih hingga ruang kaya miskin kelas borjuis proletar kini sama saja. Mungkin jika Neistche saya bisa bangkitkan dari kubur dia akan kembali menulis buku yang meralat bukunya tentang "berhala" dan menulis "berhala baru" yang bernama Android dengan COC-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun