Mohon tunggu...
Aceng Wandi Wahyudin
Aceng Wandi Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

What Is Gender?

25 September 2024   07:00 Diperbarui: 25 September 2024   07:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa itu peran gender?

Peran gender dalam masyarakat berarti bagaimana kita diharapkan untuk bertindak, berbicara, berpakaian, berdandan, dan berperilaku berdasarkan jenis kelamin yang ditetapkan kepada kita. Misalnya, anak perempuan dan perempuan pada umumnya diharapkan berpakaian dengan cara yang feminin dan bersikap sopan, akomodatif, dan mengasuh. Laki-laki pada umumnya diharapkan kuat, agresif, dan berani.

Setiap masyarakat, kelompok etnis, dan budaya memiliki ekspektasi peran gender, tetapi mereka bisa sangat berbeda dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Mereka juga dapat berubah dalam masyarakat yang sama dari waktu ke waktu. Misalnya, merah muda dulu dianggap sebagai warna maskulin di AS sementara biru dianggap feminin.

Bagaimana stereotip gender memengaruhi orang?

Stereotip adalah penilaian atau prasangka yang diterima secara luas tentang seseorang atau kelompok --- meskipun terlalu disederhanakan dan tidak selalu akurat. Stereotip tentang gender dapat menyebabkan perlakuan yang tidak setara dan tidak adil karena gender seseorang. Ini disebut seksisme.

Ada empat jenis dasar stereotip gender:

  • Sifat kepribadian --- Misalnya, perempuan sering diharapkan untuk akomodatif dan emosional, sementara laki-laki biasanya diharapkan percaya diri dan agresif.
  • Perilaku domestik --- Misalnya, beberapa orang berharap bahwa perempuan akan mengurus anak-anak, memasak, dan membersihkan rumah, sementara laki-laki mengurus keuangan, bekerja di mobil, dan melakukan perbaikan rumah.
  • Pekerjaan --- Beberapa orang cepat berasumsi bahwa guru dan perawat adalah perempuan, dan pilot, dokter, dan insinyur adalah laki-laki.
  • Penampilan fisik --- Misalnya, perempuan diharapkan kurus dan anggun, sementara laki-laki diharapkan tinggi dan berotot. Laki-laki dan perempuan juga diharapkan berpakaian dan berdandan dengan cara yang stereotipikal sesuai gender mereka (laki-laki memakai celana dan gaya rambut pendek, perempuan memakai gaun dan riasan).

Hiperfeminitas adalah melebih-lebihkan perilaku stereotip yang diyakini feminin. Orang-orang hiperfeminin melebih-lebihkan kualitas yang mereka yakini feminin. Ini mungkin termasuk menjadi pasif, naif, tidak berpengalaman secara seksual, lembut, genit, anggun, mengasuh, dan menerima.

Hipermaskulinitas adalah melebih-lebihkan perilaku stereotip yang diyakini maskulin. Orang-orang hipermaskulin melebih-lebihkan kualitas yang mereka yakini maskulin. Mereka percaya bahwa mereka seharusnya bersaing dengan pria lain dan mendominasi orang-orang feminin dengan menjadi agresif, duniawi, berpengalaman secara seksual, tidak sensitif, berpenampilan fisik yang mengesankan, ambisius, dan menuntut.

Stereotip gender yang berlebihan ini dapat membuat hubungan antar manusia menjadi sulit. Orang-orang hiperfeminin lebih cenderung mengalami pelecehan fisik dan emosional dari pasangan mereka. Orang-orang hipermaskulin lebih cenderung melakukan kekerasan fisik dan emosional terhadap pasangan mereka.

Stereotip gender yang ekstrem berbahaya karena tidak memungkinkan orang untuk sepenuhnya mengekspresikan diri dan emosi mereka. Misalnya, berbahaya bagi orang maskulin merasa bahwa mereka tidak boleh menangis atau mengekspresikan emosi sensitif. Dan berbahaya bagi orang feminin merasa bahwa mereka tidak boleh mandiri, cerdas, atau tegas. Memecah stereotip gender memungkinkan setiap orang menjadi diri mereka yang terbaik.

Bagaimana saya bisa melawan stereotip gender?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun