Dia selalu begitu hingga langit mulai merah karena senja. “kamu harus keluar dari sini, kalian semua orang jahat!” Cici mulai terlihat marah. “tapi aku gak tahu apa maksudmu, dan.., dan bagaimana aku keluar dari sini” sungguh aku tidak tahu. “kalian semua orang jahat, kalian mendekati ku, dan bilang suka kepada ku, hanya karena wajah ku yang seperti senja” Cici mulai ngoceh tak karuan. Dengan tergesa aku memeluk Cici dan ini membuat jantung ku berdegup kencang sekali. Namun anehnya Cici tidak memberontak, dan sepertinya Cici terlihat mulai tenang. Aku mencoba bicara kepadanya, ternyata wajahnya yang terlihat seperti senja memang turunan dari orang tuanya, dia dilahirkan oleh senja. Dia adalah anak senja, semua orang yang mendekatinya, hanya karena wajahnya yang indah seperti senja. Menurutnya wajahnya adalah kutukan, dia tidak menyukai senja. Karena menurutnya senja hanya menimbulkan perasaan rawan. Tidak ada senja yang perlu disembah menurutnya, dan tidak ada senja yang indah menurutnya.
“menurutku senja itu indah, karena dia langka, dan keindahannya tercipta mulai dari konstruksi pikiran setiap orang” ucap ku.
“tapi senja itu hanya menimbulkan perasaan rawan dan senja itu hanya sementara” Cici mencoba membantah.
“ku rasa tidak ada yang salah dengan perasaan rawan dan indah yang sementara itu lebih bagus dari pada hari-hari yang gelap dan terang setiap harinya” menurut ku.
“kamu seperti seorang penyair”
“entah aku juga bingung, tetapi tak apa dari pada aku seorang penyhir” aku mencoba menghibur Cici.
Suasana hatinya mulai terlihat tenang, tetiba dia mengambil tangan ku, dan menggenggam tangan ku, dia berkata “aku suka kamu”. Jantung ku terasa berdetak semakin kencang dan keringat ku mulai bercucuran, padahal angin terasa begitu berderu sangat kencang. Aku menenangkan diri dan mulai berkata “aku juga suka kamu Ci”. Ku rasa kami sudah berpacaran sekarang semenjak pernyataan itu. Cici memelukku dengan sangat erat dan bicara “sekarang pejamkan matamu!”, aku menuruti perkataanya. Aku menutup mata, tetiba aku terbangun di kamar kos ku, dan jam sudah menunjukkan pukul 07.30, ku rasa aku telat, dan ku rasa semua itu hanya mimpi. Sampai akhirnya ku putuskan untuk berangkat ke kampus.
Sesampainya di kampus aku melihat Cici dengan wajah yang indah seperti senja, tersenyum sangat bebas, dan menatap ku. Dia menghampiri ku dan berkata “jadi sekarang kita kemana sayang?”. Anehnya jantung ku kali ini tidak berdegup kencang, sontak saja ku jawab “terserah kau saja sayang, aku menuruti mau mu putri senja”.
Kiranya seperti itu, kami sekarang terikat janji dengan pernyataan “suka”. Karena itu ku peringatkan kalian, jangan pernah menatap matanya lebih dari 60 menit. Jangankan 60 menit, 1 detik pun takkan ku berikan. Saat kejadian itu aku dinyatakan hilang selama dua minggu, padahal yang kualami di dunia itu hanya dari terang, hingga senja, dan hingga gelap. Sejak itu beredar lah rumor tentang hilangnya aku. Banyak teman-temanku yang menanyakan hal tersebut. Maka dari itu ku tulis cerita ini untuk menjelaskannya.
Serang, 03 Maret 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H