Mohon tunggu...
Jurnalis Warga Aceh
Jurnalis Warga Aceh Mohon Tunggu... -

Adalah kelompok warga yang belajar jurnalistik untuk mengawal proses perbaikan pelayanan Kesehatan, Pelayanan publik dan Pendidikan di Provinsi Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Kematian Ibu dan Anak Saat Melahirkan Harus Ditekan

9 Oktober 2014   16:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:44 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Jafar SE  (JW Aceh Tenggara)

Kematian ibu dan anak saat melahirkan  di Aceh Tenggara saat ini harus ditekan sedemikian rupa, sehingga kasus kesehatan tersebut harus sudah hilang dari daerah bumi seakat segenep, kasus ini juga merupakan salah satu indikator kesehatan, dimana jika  masih banyak ditemukan kasus kematian ibu dan anak tersebut baik di Puskesmas atau rumah sakit maka secara keseluruhan kesehatan belum membaik.

Di Aceh Tenggara sendiri kasus kematian ibu atau dan anak masih kerap ditemukan, sehingga untuk mencegah hal tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu, dan yang lebih penting lagi harus ada kerja dan insentitas laporan dari bidan desa yang ada, pencegahan dini dapat dilakukan setelah adanya penanganan dini.

Kasus kematian ibu dan anak ini dapat kita ketahui atau kita lihat dengan adanya surat dari Kepala Dinas Kesehatan Aceh Tenggara dr Ramulia SpOG kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sahudin Kutacane, surat tersebut dengan nomor : 000.1/2119/DINKES/IX/2014, tertanggal 18 September 2014.

Dimana bunyinya diantaranya hingga kini masih terdapat kematian ibu dan anak di RSU Sahudin Kutcane, dan mengingat karena RSU Kutacane sebagai rumah sakit rujukan, maka Dinkes Agara meminta kepada Dr Irawati selaku direktur dapat membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Prosedur Tetap (Protap) terhadap ibu hamil mulai dari IGD sampai pengembalian ibu hamil.

Didalam surat itu juga dimohonkan kepada rumah sakit agar berperan aktif memberikan informasi kepada petugas kesehatan yang ada dipos masing-masing untuk memberikan medical record yang dibutuhkan guna melengkapi audit kematian maternal paranetal (AMP).

Selain itu surat yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Aceh Tenggara dengan ditandatangani oleh Kepala Dinasnya tersebut selain menekan kepada RSU juga meminta kepada seluruh kepala Puskesmas yang ada di Aceh Tenggara agar mengintruksikan kepada bidan  yang memegang desa untuk mengawasi wilayah kerjanya guna menjaring ibu hami resiko tinggi maupun tidak beresiko, dengan menggunakan album bumil, album bayi, album balita, maket desa, kantong bumil, kantong persalinan dan lain-lain, sehingga dengan demikian tidak lagi terjadi keterlambatan dalam deteksi dini dari 4 terlambat penyebab kematian ibu dan anak.

Masalah kematian ibu dan anak ini terungkap pembahasannya saat berlangsungnya diskusi warung kopi di Warkop Senggio Kecamatan Babussalam Aceh Tenggara pada Selasa (23/9) pada acara tersebut turut dihadiri Short Term Technical Assistance (STTA) Bidang Media Azhari SE dari Banda Aceh, STTA Bidang Kesehatan dr Idris, Local Public Service Specialist (LPSS) Zulfahmi, Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) Hendra, SE, OMP PKPA Erawati, Fasilitator Media (Kippas) Abadi Selian, SE, sejumlah Jurnalis Warga dan Wartawan.

Pembahasan kematian ibu dan anak ini saat terllihat dalam diskusi selember surat yang ditujukan kepada Direktur RSU Sahudin dari Kepala Dinas Kesehatan seperti yang dimaksud dalam penjelasan diatas, bahkab dr Idris selaku STTA bidang kesehatan menjelaskan bahwa dirinya yang juga menjabat sebagai Tim Kendali Mutu (TKM) telah membahas tentang adanya satu kasus kematian ibu saat bersalin di rumah sakit umum Kutacane, meski hanya satu yang dibahas dr Idris menyakini sangkaan bahwa telah lebih dari satu kasus kematian tersebut.

Masih menurut  dr Idris, bahwa pada tahun 2013 terdapat sekitar 7 kasus kematian ibu dan anak saat melahirkan di RSU Sahudin Kutacane, memang kejadian ini bukan semata-mata kelemahan atau kelalaian pihak rumah sakit, juga akibat keterlambatan penanganan  dini dari desa atau bida yang ada di desa, dimana si pasien dibawa ke RSU setelah terlambat dalam mendapat pelaayaanan kesehatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun