Pandemi COVID-19 telah menempatkan sistem kesehatan global di bawah sorotan tajam, mengungkap bahwa kesehatan bukan sekadar isu domestik, tetapi tantangan global yang membutuhkan kerja sama antarnegara. Situasi ini menegaskan pentingnya upaya bersama untuk memperkuat sistem kesehatan di seluruh dunia, terutama dalam menghadapi krisis skala besar yang dapat berdampak pada semua aspek kehidupan, termasuk stabilitas ekonomi dan sosial. Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), fokus pada Goal 3, yaitu Good Health and Well-Being, menjadi semakin relevan.
Tujuan utama SDG 3 adalah memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Namun, pandemi telah menunjukkan bahwa banyak negara, baik maju maupun berkembang, masih belum siap menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan. Keterbatasan dalam infrastruktur medis, akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, dan distribusi vaksin yang tidak merata menjadi beberapa bukti nyata kelemahan sistem kesehatan global yang perlu segera diatasi.
Untuk mencapai ketahanan kesehatan global, diperlukan penguatan sistem kesehatan secara menyeluruh dan kolaborasi lintas negara. Kerja sama internasional menjadi kunci, mulai dari berbagi informasi, distribusi alat kesehatan, hingga koordinasi dalam penanganan pandemi lintas batas. Pandemi ini menjadi pengingat bahwa solidaritas global adalah fondasi penting dalam menciptakan sistem kesehatan yang tangguh, sejalan dengan visi SDG 3 untuk kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera bagi semua.
Hubungan Internasional dan Sistem Kesehatan Global
Dalam kajian hubungan internasional, kesehatan dipandang sebagai salah satu bentuk global public goods---sebuah kebutuhan bersama yang manfaatnya melampaui batas negara. Penyakit menular, seperti COVID-19, menjadi contoh nyata bagaimana kesehatan tidak dapat dibatasi oleh garis geografis. Dengan mobilitas manusia yang semakin tinggi di era globalisasi, virus dan penyakit dapat menyebar dengan cepat, menciptakan krisis yang membutuhkan respons global. Oleh karena itu, kerja sama multilateral menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini. Organisasi seperti World Health Organization (WHO), GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization), dan inisiatif COVAX memainkan peran penting dalam memastikan akses yang adil terhadap vaksin, obat-obatan, dan peralatan medis bagi semua negara, tanpa memandang tingkat pendapatan mereka.
Meski begitu, kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi tantangan besar, terutama di negara-negara berkembang. Banyak negara dengan pendapatan rendah menghadapi hambatan besar, mulai dari keterbatasan finansial hingga infrastruktur kesehatan yang minim. Ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada penanganan krisis kesehatan, tetapi juga menghambat upaya jangka panjang untuk menciptakan ketahanan kesehatan global. Negara-negara berkembang sering kali menjadi pihak yang paling terdampak oleh kurangnya akses ke teknologi medis terbaru atau distribusi vaksin yang adil. Masalah ini menunjukkan perlunya perhatian yang lebih besar terhadap penguatan sistem kesehatan di wilayah yang rentan.
Dalam konteks ini, health diplomacy atau diplomasi kesehatan menjadi semakin relevan. Diplomasi kesehatan adalah upaya kolaboratif negara-negara untuk memperkuat kerja sama dalam bidang kesehatan melalui dialog, bantuan teknis, dan berbagi pengetahuan. Konsep ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengatasi pandemi, tetapi juga sebagai mekanisme jangka panjang untuk membangun solidaritas global. Negara-negara dengan sumber daya lebih besar memiliki tanggung jawab untuk membantu negara-negara berkembang, baik melalui transfer teknologi, pelatihan tenaga medis, hingga investasi dalam infrastruktur kesehatan.
Pentingnya diplomasi kesehatan juga terlihat dari bagaimana isu kesehatan dapat memengaruhi stabilitas ekonomi dan politik dunia. Pandemi COVID-19, misalnya, menunjukkan bahwa krisis kesehatan dapat menghentikan roda perekonomian global, meningkatkan ketegangan politik, dan memperburuk ketimpangan sosial. Oleh karena itu, memperkuat kerja sama kesehatan tidak hanya tentang menyelamatkan nyawa, tetapi juga menjaga kestabilan dunia secara keseluruhan.
Masa depan sistem kesehatan global bergantung pada sejauh mana komunitas internasional dapat memperbaiki kelemahan struktural yang ada saat ini. Kolaborasi lintas negara, dukungan multilateral, dan penguatan diplomasi kesehatan adalah langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa kesehatan benar-benar menjadi hak yang dapat diakses oleh semua orang, tanpa terkecuali. Dalam dunia yang semakin terhubung, kesehatan kita adalah kesehatan dunia.
Peran Mahasiswa dalam Mendukung SDG 3
Sebagai mahasiswa, kita mungkin merasa upaya yang bisa kita lakukan kecil, tapi sebenarnya kontribusi kita sangat berarti. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat soal pentingnya menjaga kesehatan, seperti kebiasaan mencuci tangan, pola makan sehat, atau pentingnya vaksinasi. Lewat media sosial, kita bisa bikin kampanye kesehatan yang menjangkau banyak orang dengan cepat. Selain itu, bergabung dalam kegiatan organisasi yang bergerak di bidang kesehatan juga jadi cara efektif untuk ikut membantu langsung, seperti jadi relawan atau terlibat dalam program kesehatan masyarakat.