Konflik dan kerjasama yang sering terjadi antara dua negara atau lebih merupakan hal lumrah dalam tiap hubungan diplomatik. Hubungan kerjasama yang kerap terjalin tidak hanya di bidang ekonomi saja, tetapi juga di bidang budaya, politik, pendidikan, militer, pariwisata, dan lain sebagainya.Â
Setiap kerjasama yang terbangun antarnegara pasti menghasilkan keuntungan yang menjanjikan, namun dibalik keuntungan tersebut juga terdapat perbedaan tujuan serta keinginan yang dapat menyebabkan konflik dan perpecahan.Â
Hal ini terjadi pada hubungan kerjasama negara Thailand dan Kamboja yang mengalami konflik akibat perebutan hak milik kuil Preah Vihear. Kuil Preah Vihear terletak di puncak pegunungan Dangrek dengan ketinggian 525 meter di atas permukaan laut.
Thailand dan Kamboja berada dalam satu kawasan, yakni Kawasan Asia Tenggara. Konflik yang sering mucul di Kawasan Asia Tenggara, yakni mengenai permasalahan batas-batas wilayah antarnegara dan kemiripan kebudayaan.Â
Perebutan wilayah yang terjadi antara Thailand dan Kamboja bermula pada masa kolonialisme Eropa yang merupakan hasil dari keputusan pembagian garis demarkasi oleh pihak kolonial secara sepihak dan disetujui negara yang bersangkutan.Â
Dampak yang diperoleh dari pengambilan keputusan secara sepihak dan tidak adil, yakni timbulnya konflik antarnegara serta akan berdampak pada hubungan kedua negara dalam dunia internasional.Â
Sengketa wilayah yang terjadi antara Thailand dan Kamboja semakin diperparah pasca United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2008 menetapkan bahwa kuil Preah Vihear berada dalam otoritas pemerintahan Kamboja.
Kuil Preah Vihear dibangun pada abad ke-11 Masehi masa kekaisaran Khmer dan merupakan perwujudan dari warisan budaya Negara Kamboja saat ini. Perebutan hak milik kuil Preah Vihear tidak semata-mata hanya sebuah bangunan kuno saja, tetapi memiliki nilai esensial kebudayaan, agama, sejarah, dan perluasan wilayah.Â
Secara geografis Thailand dan Kamboja berada dalam cakupan garis yang berdekatan, hal ini menjadi salah satu sebab wilayah di Kawasan Asia Tenggara sering mengalami persoalan konflik pembagian garis demarkasi.Â
Terlebih apabila pada titik pembagian wilayah yang telah disetujui memiliki sumber daya alam melimpah, seperti di sekitar kuil Preah Vihear yang memiliki kekayaan alam berupa mineral, minyak bumi, dan gas alam. Hal ini merupakan keuntungan besar bagi negara yang berhasil mengambil alih daerah sekitar. Selain itu, apabila pemerintah Kamboja dapat mengelola dengan baik dan tepat, maka akan meningkatkan pemasukan negara yang di dapat dari penjualan di sektor sumber energi.
Sengketa pertama kuil Preah Vihear bermula pada tahun 1954, saat itu Kamboja berada dalam posisi pasca di kuasai kolonial Perancis dari tahun 1863-1953. Thailand yang mengetahui hal tersebut langsung memanfaaatkan situasi dengan mengirim pasukan bersenjata untuk menganeksasi daerah sekitar kuil Preah Vihear.Â