[caption id="attachment_127730" align="alignleft" width="300" caption="Bus Trans Sarbagita transit di Halte Tohpati di Jln.By Pass Ngurah Rai"][/caption] 19 tahun yang silam, saya teringat.... saat menginjakan kaki di Terminal Bus Ubung Denpasar Bali setelah turun dari bus malam yang mengantar saya dari Jakarta, saya bertanya kepada petugas terminal , bagaimana caranya saya bisa menuju ke Jln.Tukad Penet di daerah Renon ? di jelaskan oleh petugas, saya bisa naik "bemo" jurusan Tegal (maksudnya terminal angkot Tegal bukan kota Tegal di Jawa Tengah....) kemudian pindah "bemo" jurusan Sanur. Setengah mati nyari "bemo" tidak satupun saya melihat "bemo"..... rupanya yang dimaksud "bemo" di Bali itu sebutan untuk angkot (angkutan kota).... Penumpang dari Terminal Ubung ke Terminal Tegal hanya 4 orang penumpang, kemudian dari Terminal Tegal ke Sanur "bemo" terisi hanya separuh dari kapasitas kursi. Masyarakat Bali nampaknya enggan menggunakan jasa angkutan umum, pada umumnya mereka memiliki kendaraan pribadi sendiri, hampir di setiap keluarga minimal memiliki 1 atau 2 sepeda motor, alasan masyarakat enggan menggunakan jasa "bemo" karena alasan yg sama seperti di kota lain, kondisi kendaraan yang tidak nyaman, sikap dan perilaku pengemudi yang berorientasi hanya pada setoran bukan pada pelayanan. Dalam tiga tahun terakhir, seiring pertumbuhan penduduk dan ekonomi seperti di kota-kota lain di Indonesia, "MACET" di jalan mulai dirasakan di Denpasar Bali, terutama di ruas Jalan Imam Bonjol yang menghubungkan kota Denpasar dan Kuta, Jln.Seminyak-Kerobokan, Jalan Teuku Umar yang padat, Jalan Diponegoro. Seminggu yang lalu sahabat saya Made Sugiartha yang berprofesi sebagai Pemandu Wisata menceritakan pengalaman pahit dengan macet ini, pada saat mengantar tamunya dari hotel di Sanur menuju Aiport Ngurah Rai terjebak antrian macet yang sangat parah di Simpang Siur (simpang 4 Patung Dewa Ruci) di Jalan By Pass Ngurah Rai, karena waktu yang sudah mepet, Bli Made terpaksa menaikan tamunya naik ojek dari Simpang Siur ke Airport.......   "daripada tamu sing bise terbang !!"  katanya. Pada tanggal 17 Agustus 2011 yang lalu, Dinas Perhubungan Propinsi Bali telah mewujudkan salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan dengan di operasikannya  sarana transportasi massal Bus Way Trans SARBAGITA. Saat ini Trans Sarbagita baru melayani route Batubulan-Nusa Dua, kedepannya akan melintas di 4 wilayah Kabupaten/Kota sesuai namanya DenpaSAR-BAdung-GIanyar-TAbanan. Usaha Pemerintah dalam menyediakan sarana transportasi massal yang nyaman dan murah ini tentu akan memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat Bali dan Wisatawan yang berkunjung. Harga ticket bus way ini cukup murah hanya Rp 3.500,- .  Pekerja pariwisata yang tinggal di Gianyar, Denpasar dan Tabanan diharapkan akan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi atau sepeda motor ke Trans Sarbagita ini. Wisatawan yang tinggal Nusa Dua, Kuta atau Sanur juga dapat memanfaatkan bus way ini untuk mencapai beberapa objek wisata tertentu. Tanpa dukungan dan partisipasi aktif masyarakat tentunya usaha pemerintah menjadi sia-sia belaka, dan macet akan semakin menggila..... I LOVE Bali full        Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H