Satu Mei mengingatkan saya pada status pekerjaan di e-KTP. Buruh Harian Lepas. Kenapa saya memilih membubuhkan pekerjaan itu di e-KTP? Sebab e-KTP tidak menyediakan pilihan pekerjaan penulis lepas, atau blogger reporter, atau pencipta lagu, dan atau kompasianer, hehe..
Ketika seorang rakyat biasa seperti saya mendengar kata buruh, alam bawah sadar ini akan menuntun pada sebuah gambaran tentang masyarakat kelas bawah. Buruh adalah pekerjaan yang secara struktural posisinya ada di bawah bos atau juragan, yang bekerja untuk orang lain atau perusahaan dengan tujuan mendapat imbalan upah.
Bagaimana dengan saya? Saya tidak mempunyai majikan. Saya juga memiliki definisi sendiri tentang sebuah kata bernama kerja. Bekerja adalah tentang berbagi dan menjadi bermanfaat untuk orang lain. Adapun mengenai rejeki berupa upah, itu hanyalah bagian dari pekerjaan dan bukan satu-satunya tujuan.
Hampir semua orang tahu, ada banyak hal yang tidak bisa dinilai dengan uang. Tapi entah kenapa semakin hari uang menjadi semakin penting. Kita bisa melihatnya di sebuah kalimat klasik yang semakin hari semakin populer. "Hidup butuh uang."
Semoga anda tidak berpikir bahwa saya adalah manusia jaman batu yang hidup dengan cara menantang kenyataan. Tidak, saya bukan manusia yang seperti itu. Saya hanyalah rakyat biasa. Saya juga butuh uang. Sekali lagi, BUTUH UANG. Artinya, memanfaatkan uang sesuai dengan kebutuhan. Uang bukanlah satu-satunya 'barang' yang penting dalam hidup saya. Dia adalah alat tukar, bukan harta kekayaan.
Iya saya mengerti, status sosial seseorang diukur dari apa yang dia miliki (kepemilikan). Namun sayangnya, banyak orang berlomba-lomba mengejar uang hanya demi terlihat keren, dan hanya untuk mengejar status sosial di tengah-tengah masyarakat luas. Akhirnya banyak yang menghalalkan segala cara. Apa hasilnya? Kacau.
Benar kata teman saya, di negeri ini ada banyak orang jatuh miskin hanya karena mempertahankan diri agar tak terlihat melarat.
Kembali ke status pekerjaan saya di e-KTP. Senang sekali bisa membubuhkan buruh harian lepas sebagai status pekerjaan. Itu menjadi pengingat bahwa saya adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki peran sesuai dengan apa yang saya mampu.
Saya mengartikan 'buruh harian lepas' sebagai berikut; Bekerja setiap hari dengan hati yang merdeka, apapun itu asal bermanfaat akan saya kerjakan. Entah menulis, entah menciptakan lagu, entah membersihkan kamar mandi, mengumpulkan botol kosong, berkebun, memperbaiki sandal jepit yang talinya copot, atau hanya sekedar menemani diskusi adik-adik SMA yang bermain di rumah saya. Ketika hasil pekerjaan saya mendatangkan upah, itu adalah rejeki yang patut saya syukuri. Jika tidak, saya akan tetap bekerja.
Mari menjadi buruh harian lepas, mari mencintai pekerjaan dan menjadi bermanfaat setiap hari, mari kita hidup merdeka dan memahami batas kemerdekaan, dan mari bersyukur atas apa saja yang sudah kita dapatkan.
Salam