No 144 | RZ Hakim dan Angelina R
Waktu menunjukkan pukul delapan malam ketika kereta yang akan membawa saya pergi, sampai di stasiun. Seketika penumpang yang telah lama menunggu mulai memasuki kereta. Mereka saling berdesak-desakan dan tak peduli lagi pada usia ataupun gender. Saya berada di antara para penumpang yang berdesak-desakan itu, ikut bersama mereka masuk dan mulai menggerayangi badan kereta mencari tepat duduk yang tertera di karcis. Tempat duduk saya di bangku nomor 9B, tepat di samping jendela. Segera saya hempaskan pantat saya di bangku itu. Ada rasa lega ketika pantat dan bangku bertemu, bangku yang akan saya duduki selama kurang lebih dua belas jam perjalanan. Sepasang muda-mudi yang sepertinya berpacaran duduk di dua bangku yang berhadapan dengan saya, sementara penumpang di samping saya belum keliahatan batang hidungnya, saya berharap yang duduk di sana adalah seorang perempuan cantik dan seksi yang tanpa sengaja tertidur di bahu saya. Saya senyum sendiri memikirkan pikiran saya itu. Lalu saya coba menutup mata meluruskan kaki agar lebih rileks.
***
Kereta baru saja berjalan saat pandanganku tertumpu pada nomor bangku yang sesuai dengan tiket. 9A. Ah akhirnya ketemu, batinku. Ada kulihat di sana seorang pria duduk dekat jendela dengan kedua kaki di selonjorkan di bangku sebelahnya.
“Kakinya dong..” Kataku kepada pria itu.
Lelaki itu kaget dan segera beringsut. Tanpa ba bi bu, kedua kaki ini segera kunaikkan ke atas kursi untuk menaruh tas di rak kereta, letaknya tepat di atas kepala seseorang yang nanti bakal jadi teman seperjalananku. Setelah selesai, kedua kaki kuturunkan lalu lekas kubersihkan jejak sandal di alas kursi. Brak bruk brak bruk, ya begitulah kira kira bunyinya. Aku membersihkannya dengan koran tergulung yang sedari tadi ada di genggamanku.
Jleb..
Akhir yang indah. Aku bisa duduk dengan leluasa. Tak apalah meski tidak di samping jendela, tempat duduk dekat jendela adalah favoriteku, Lagi lagi aku membathin. Tiba tiba otakku berputar nakal, kenapa tidak mencoba bertukar tempat duduk dengan pria di sebelahku saja?
***
Saya menatap perempuan yang duduk di samping saya dengan seksama, perempuan itu cantik dan badannya lumayan seksi- sesuai harapan saya. Akan tetepi saya agak risih dengan perilaku perempuan itu. Bayangkan berdiri di bangku kereta, kesan anggun perlahan menghilang dari perempuan itu. Betapa perbuatannya itu menjadi perhatian semua penumpang kereta-apalagi saat dia memukul bangku dengan lipata korannya termasuk dua pasang muda-mudi yang duduk di depan kami, mereka tampak berbisik-bisik sambil melihat ke arah perempuan itu dan perempuan itu malah sama sekali tidak menghiraukan, dia malah menatap saya tajam.
“Tukar tempat duduk dong. Saya ingin berada di dekat jendela.” Katanya tiba-tiba. Saya menatapnya dengan seksama. Saya paling senang duduk di dekat jendela kereta dan hanya orang yang menurut saya spesial yang bisa membuat saya berpindah dari jendela dan perempuan itu jelaslah tak begitu spesial apalagi sikapnya tadi dan cara dia meminta bangku terdengar kasar.
“Saya juga ingin berada di dekat Jendela maaf saya tidak bisa berganti tempat.” Kata saya. Perempuan itu tampak kecewa dan marah, saya bisa menerka dia memaki saya di dalam hati. Saya mengalihkan pandangan keluar jendela. Di luar langit tampak gelap tak ada bulan dan bintang.