Agil, siswa SD kelas 3. Dokumentasi oleh Vj Lie
"Yang di depan kantor PEMKAB Jember, itu patungnya siapa?" Agil, siswa SD kelas 3 dengan lantang menjawab bahwa itu adalah patungnya Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Duh! Miris sekali. Padahal patung itu menggambarkan sosok Letkol Moch. Sroedji. Ternyata diantara bocah-bocah kecil yang biasa belajar di rumah saya ini, sebagian kecil dari mereka masih belum mengenal para pejuang yang seharusnya mereka kenal. Mereka tak mengenal siapa itu Letkol Moch. Sroedji, Dr. Soebandi, dan lain-lain. Belum selesai rasa kaget saya terhadap jawaban yang dilontarkan oleh Agil, muncul pertanyaan baru. Kali ini dari Lina, siswa SD kelas 5 yang rumahnya tak jauh dari Taman Makam Pahlawan Patrang, Jember. "Om, kenapa yang dimakamkan di TMP hanya tentara?" Saya tertegun. Diam. Merasa bersalah. Kemudian saya berusaha keras memberikan pemahaman dengan pilihan kata yang mudah. Saya mulai bercerita tentang siapa itu Dokter Soebandi, siapa pula Letkol Moch. Sroedji. Tidak berhenti sampai di sana, saya ceritakan juga tokoh lokal yang layak dijadikan teladan. Di depan saya, tampak wajah-wajah lugu yang otaknya siap diisi dengan apa saja. Mereka masih sangat belia. Justru itulah saya semakin berhati-hati dalam memilih diksi untuk kemudian merangkainya menjadi sebuah pesan yang mudah dipahami. Cerita ditutup dengan sebuah janji, minggu sore jalan-jalan ke Taman Makam Pahlawan. Mereka adalah bunga-bunga bangsa yang tinggal di sekitar Taman Makam Pahlawan tapi justru tak mengenal sosok Dr. Soebandi yang jenasahnya dimakamkan di sana. Adalah tugas kita untuk memperkenalkan para teladan pada tunas-tunas muda, dengan gaya bahasa yang bisa mereka pahami. Salam saya, RZ Hakim
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI