Namanya Etty Dharmiyatie. Perempuan kelahiran Jember, 27 Maret 1973 ini tampak bangga bisa mengabdikan diri di LPP RRI Jember. Suaminya, Didik Slamet Santoso, lelaki kelahiran 6 Mei 1960 juga tercatat sebagai karyawan RRI Jember. Etty dan Didik menikah pada 30 Juni 1997. Mereka dikaruniai dua buah hati, Dio dan Bintang.
"Mulanya aku masuk RRI Jember di Programa 2 pada bulan November 1994. Aku bisa diterima di sini gara-gara menyabet juara dua lomba menyiar HUT RRI. Pesaingnya cuma Prosalina, yang lain masih pakai gelombang AM. Waktu itu namanya masih IDOLA FM. Kini Programa 2 lebih dikenal dengan nama Pro 2 RRI Jember. Seiring berlalunya waktu, pada Januari 2009 aku masuk Pro 1 RRI Jember, tak lagi di Pro 2. Itu bertahan hingga hari ini."
Pasangan Etty Dharmiyatie dan Didik Slamet Santoso, mereka tinggal di kaki gunung Sadeng. Itu sebuah gunung kapur yang masuk desa Grenden kecamatan Puger, Jember. Menurut Etty, di sanalah ia dilahirkan. Hari-hari mereka lewati dengan membelah jalur Grenden hingga kantor RRI Jember, berjarak sekitar 47 kilometer. Jika dilakukan pergi-pulang, kita hanya tinggal mengalikan dua saja. Padahal mereka masih harus mengantarkan dua buah hatinya ke sekolah, belum urusan yang lain-lain. Di antara kesibukan itu, seorang Etty tak pernah lelah melahirkan ide-ide kreatif untuk korps yang ia cintai.
Lima hari yang lalu, tepatnya pada 6 September 2015, melalui Pro 1 RRI Jember, ia memberi fasilitas kepada para pencinta literasi di Jember untuk berkumpul dan menggagas sebuah acara. Mereka memberinya nama 'Jember Membaca.' Apa dan bagaimana acara ini?
Secara garis besar, teknis pelaksanaan 'Jember Membaca' sederhana saja. Mula-mula, peserta memilih bebas buku bacaan yang disediakan panitia. Mereka diberi waktu 30 menit untuk membaca dan mengisi form yang berisi beberapa pertanyaan seputar buku yang dibaca, serta menulis maksimal 3 paragraf tentang apa yang sudah dibaca. Tahap selanjutnya, juri akan memilih 10 peserta terbaik. Mereka kemudian dipersilahkan tampil mempresentasikan paragraf pendek tersebut.
Jember Membaca dilaksanakan pada 6 September 2015 bertempat di Auditorium R. Soemitro RRI Jember. Sengaja dipilih tanggal tersebut, dua hari sebelum Hari Aksara Internasional, dan lima hari sebelum Hari Radio Republik Indonesia.
Bersama Etty Dharmiyatie, saya memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai acara yang bergizi ini, Jember Membaca.
"Memang sejak lama kami merindukan langkah awal bersatunya taman baca di Jember. Kami merasa penting jika kaki literasi sudah melangkah. Baru satu langkah memang, tapi semoga menjadi pijakan untuk langkah berikutnya. Acara Jember Membaca gratis, untuk itu tidak disediakan konsumsi, hanya air mineral saja. Untuk kelancaran acara, kami dapat dukungan dana dari universitas Terbuka --UPBJJ UT Jember. Itu berupa cetak backdrop, banner, piagam, ucapan terima kasih, juri, dan lain-lain. Kebetulan di UT ada program D2 Perpustakaan, dan hari jadi kami berdekatan. Dies Natalis UT pada 4 September sedang Hari Bhakti RRI 11 september. Nyambung dech. Awalnya nama yang terdaftar hanya sekitar 50an orang saja. Lalu kami putuskan menerima jika ada yang mendaftar susulan, mengingat buku yang disediakan lumayan banyak. Kami juga dapat dukungan Perpustakaan Daerah berupa seorang juri dan satu bus keliling yang diparkir di halaman RRI Jember. Jadi ada 3 juri dalam acara Jember Membaca. Mereka adalah Ibu Suci dari Perpustakaan Daerah kabupaten Jember, Bapak Iman Suligi dari Kampoeng Batja, dan Mas Riyadi Ariyanto dari Komunitas Berbagi Happy."
Etty juga menuturkan tentang siapa saja pendukung acara Jember Membaca.
"Pendukung acara: TBM --Taman Baca Masyarakat-- Kampoeng Batja yang beralamat di JL. Nusa indah VI/7 Kreongan-Jember, kemudian Komunitas Berbagi Happy, Perumahan Pondok Gede Blok ED-12 Jember. Ada juga Moconesia, tempat berkumpulnya ada di Perumahan Demang Mulia Blok E-14 Kebonsari-Jember. USK --Untukmu si kecil-- asuhan Profesor Ayu Sutarto yang berlokasi di JL. Sumatera-Jember. Rumpun Aksara dari desa Panti kecamatan Panti-Jember, mereka juga terlibat aktif dalam acara ini. Setelah Rumpun Aksara ada TBM Kemuning desa Umbulrejo, dan Perpustakaan Daerah tentu saja."
Saya suka mendengar Etty menuturkan acara tersebut. Ia detail sekali dalam berkisah. Bahkan perihal pembawa acara hingga latar belakang keikutsertaan peserta tak luput dari perhatiannya.