Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cinta Lama Bersemi Kembali

31 Oktober 2012   05:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:11 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nostalgia adalah hak setiap orang, tidak terkecuali bagi masyarakat di kota kecil Jember. Jika dilihat dari usia rata-rata terbanyak para penostalgia Jember, maka yang sering saya jumpai sekarang adalah mereka yang mengecup masa kecil (juga remaja dan beberapa usia dewasa) di era 1950-an hingga 1960-an. Kawan-kawan muda di Jember pernah menggelar sebuah acara bertajuk Pesan Dalam Botol, dimana di acara tersebut kami mengadopsi nostalgia lama dengan cara mengumpulkan botol kosong dan barang-barang bekas lainnya. Semua itu nantinya kami tumpuk jadi satu, kami jual di loak, dan hasilnya akan digunakan untuk support dunia pendidikan. Haha.. terdengar wow ya. Padahal tidak. Sederhana, kecil, dan tidak berniat mengubah dunia. Hanya ingin berbagi dan melakukan sesuatu, sesederhana itu saja. Pesan dalam botol hanyalah ide usang yang ditampilkan kembali, terlahir karena betapa seringnya kami mendengar kisah tentang Jember tempo dulu, dari para penostalgia. Dimulai dari penggalan-penggalan kisah, dari katanya ke katanya.. Alkisah di tahun 1957 - 1959, ada sebuah kota kecil yang dipimpin oleh seorang Bupati bernama R. Soedjarwo. Beliau kembali memimpin Jember untuk kedua kalinya pada 1961 - 1964. Di sela waktu tersebut, kota kecil ini sempat dipimpin oleh Bapak Moh. Djojosoemardjo. Bupati Botol Kosong Itu Bernama Pak Djarwo Bapak R. Soedjarwo biasa dipanggil dengan nama Pak Djarwo. Kelak, beliau akan mendapat gelar baru yaitu Bapak Bupati Botol Kosong. Apa sebab? Sederhana saja, beliau pernah menghimbau masyarakat Jember untuk mengumpulkan botol kosong dan koran bekas. Semua itu digunakan untuk membiayai pembangunan beberapa gedung pendidikan dan akses pendukungnya. Apakah hanya itu nostalgia tentang Pak Djarwo? Ternyata tidak. Pak Djarwo mempercantik tampilan Jember dengan cara-cara sederhana. 1. Tidak boleh lagi ada kotoran kuda dan puntung rokok dijalanan. Caranya, dibelakang kuda setiap dokar (andong) wajib diberi karung goni agar kotoran kuda tidak jatuh kejalananan dan tertampung di karung penampung. 2. Membebaskan jalanan dari puntung rokok. Caranya, setiap becak dan di tiap pohon yang tumbuh di dalam kota wajib diberi kaleng bekas susu untuk asbak para perokok. Puntung rokok dan bekas bungkus rokok dihimbau untuk dimasukkan kedalamnya dan tidak dibuang di sembarang tempat. Ini untuk mengantisipasi kebiasaan masyarakat Jember yang memang dikenal sebagi perokok berat, karena tembakau merupakan hasil produksi petani setempat. Dua poin di atas saya dapatkan dari tulisan Pakde Bagio. Beliau adalah mantan Humas UNEJ yang sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan aktif sebagai pengurus Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Kabupaten Jember, dan Pengurus Forum Kerjasama Karang Werda n menerbitkan Tabloid "Gema Lansia." Anda bisa membaca tulisan Pakde Bagio di sini. Masa Kepemimpinan Abdul Hadi Setelah Pak Djarwo, tongkat estafet kepemimpinan di kota kecil Jember dipegang oleh Bapak R. Oetomo (1964 - 1967), kemudian Bapak Mochammad Huseindipotroeno (1967 - 1968), lalu Bapak Abdul Hadi (1968 - 1979). Rata-rata para penostalgia Jember senang jika harus menceritakan kembali era Pak Abdul Hadi. Menurut banyak orang, beliau adalah Bupati penuh inovasi, dan merakyat. Sebelumnya, Pak Abdul Hadi menjabat sebagai Dandim 0824. Dari banyak perubahan yang dilakukan oleh Pak Abdul Hadi, ada satu yang melegenda hingga sekarang. Tidak lain adalah proses pembuatan sebuah masjid baru bernama Masjid Al Baitul Amin. Masjid baru ini dinilai sangat unik, bukan hanya dari segi arsitekturnya saja, tapi juga dari proses pembangunannya yang dibangun dengan cara kolektif. Ya, Al Baitul Amin dibangun dengan biaya yang diperoleh dari pengumpulan kelapa dari setiap warga Jember. Hubungan antara Pak Djarwo dengan Pak Abdul Hadi disatukan oleh jembatan mastrib yang membuka akses menuju Kampus Universitas Jember Bumi Tegal Boto. Jembatan ini mulai dibangun sejak tahun 1961 (masa kepemimpinan Pak Djarwo gelombang kedua), dan selesai dengan sempurna pada 1976, di masa kepemimpinan Pak Abdul Hadi. Itu adalah jembatan yang hebat, karena pembangunannya dirintis dengan penjualan botol kosong yang dikumpulkan oleh warga. Tak heran jika para penostalgia Jember menyebutnya dengan nama Jembatan Botol. Cinta Lama Bersemi Kembali Pada bulan sebelas tahun ini (15 November 2012), kawan-kawan Jember kembali mengadopsi kisah lama untuk dihadirkan kembali, di sebuah acara bertajuk CLBK. Di sana akan ada empat rangkaian acara yang dijadikan satu. Berikut adalah empat poin acara CLBK: 1. Tutup Botol Prosesnya sama persis dengan acara sebelumnya, yaitu Pesan Dalam Botol. Mengumpulkan botol kosong, koran bekas, dan barang bekas lainnya yang bisa dijual. Semua itu akan kita kumpulkan, kita jual, dan dimanfaatkan untuk support dunia pendidikan. Perbedaan antara Tutup Botol dengan Pesan Dalam Botol, kali ini seluruh hasilnya akan dimanfaatkan untuk kota kecil tercinta, Tribute to Jember. 2. Bicara buku Bicara buku adalah nama lain dari bedah buku. Sengaja diganti agar tidak terkesan menyeramkan, karena keluarga tamasya khususnya (terlebih saya sendiri), masih asing dengan kata 'bedah buku'

1351659114345427869
1351659114345427869
Buku yang dimaksud adalah kumpulan tulisan milik seorang kompasianer dan juga blogger bernama Mbak Anazkia (yang mengumpulkan tulisan milik seorang blogger, Almarhumah Yusnita Febri) dan RZ Hakim. Terangkum dalam satu buku, dengan cover bolak balik. Semisal nanti buku ini laku (meskipun tidak banyak), seluruh hasilnya akan dimanfaatkan untuk menunjang mimpi Blogger Hibah Sejuta Buku. 3. Blogger Hibah Sejuta Buku Goes to Offline Blogger Hibah Sejuta Buku atau dikenal juga dengan nama BHSB adalah group online di jejaring sosial, terdiri dari sekumpulan para blogger kreatif Indonesia, dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Haha, kok jadinya seperti group yang sangat besar sekali ya? Maaf, sepertinya saya berlebihan.
13516592931517205472
13516592931517205472
BHSB Gooes to Offline

BHSB mungkin tidak sebesar yang dibayangkan, tapi mereka mengusung sebuah mimpi besar. Bukan bermaksud untuk mengubah dunia secara frontal, bukan pula berharap hendak dikenang. BHSB senang berbagi buku dengan cara mengumpulkan buku, menebarkannya di tempat yang dirasa butuh, untuk kemudian melupakan segala kebaikan yang pernah mereka lakukan. Lalu mereka memulainya kembali. Begitu seterusnya, entah sampai kapan. 4. Tamasya Akustik Nah kalau yang ini jelas, anda mungkin akan mudah menggambarkannya tanpa harus saya tulis gambarannya secara rinci. Ya benar, poin keempat adalah acara penggembira. Bernyanyi bersama sambil menyeruput kopi di kedai gubug - Jember. Dalam tamasya akustik nanti, akan ada juga sisipan acara berupa mengheningkan cipta. Bersama-sama melayangkan doa terbaik untuk Almarhumah Yusnita Febri, blogger hebat yang saya kenal lewat warisan tulisannya. Sedikit Tambahan Sejarah mencatat, Indonesia memiliki budaya gotong royong yang kuat. Hal itu yang ingin dihidangkan oleh segelintir masyarakat muda Jember (di acara CLBK), pada 15 November 2012, bertempat di Kedai Gubug - Jember. Pencomotan nama kedua mantan Bupati di atas (Pak Djarwo dan Pak Abdul Hadi) semata-mata untuk memudahkan ingatan kolektif para penostalgia, sekaligus mempermudah kita yang muda-muda dalam mengimajinasikan latar belakang temporal. Terlepas dari rasa hormat saya pada Pak Djarwo dan Pak Abdul Hadi, inti kekaguman saya yang sebenarnya, terletak pada semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Jember. Mari.. mari kita lestarikan budaya botol kosong. Salam Lestari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun