Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saya dan Reggae

6 Februari 2012   16:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bisa dikatakan, saya terlambat menyukai reggae..

Saat itu Mei 1998, Indonesia sedang ada di jaman 'gak petek'en'. Orang orang ramai membicarakan reformasi. Di warung warung, di beranda rumah, di pojok gang, semua sedang membicarakan aksi heroik mahasiswa. Di tahun tersebut, mahasiswa benar benar terlihat keren.

21 Mei 1998 , bersama tetangga yang lain, kami menonton siaran televisi di rumahnya Pak De Jumali. Di ruangan yang tidak terlalu luas, semua konsen menatap  layar kaca yang hanya 14 inc. Ya, saya masih ingat betul. Itu semua karena saya harus konsentrasi pada dua hal. Yang pertama, konsentrasi pada pidato The Smiling General. Berikutnya, saya sedang di suasana EBTANAS SMA.

Sepulang dari nonton tivi rame rame, seorang teman mengajak saya untuk mampir ke kamarnya. Sayapun melangkahkan kaki ke sana. Nah, itulah perkenalan saya dengan reggae. Hanya berawal dari sebuah lagu saja, No Woman No Cry.

Sama seperti anak anak lain di jaman saya, kami mengartikan arti judul lagu tersebut dengan apa adanya. Nggak ada perempuan, nggak (perlu) nangis. Kami benar benar tidak mengerti jika maksud sebenarnya adalah sebentuk ajakan pada perempuan yang kita cintai untuk tidak menangis. Perempuanku, jangan menangis, begitu seharusnya.

Dan tentang siapakah pencipta lagu tersebut, manalah saya tahu jika yang menciptakan ternyata bukan Bob Marley, tapi rekan dekatnya yang bernama Vincent Ford.

No Woman No Cry

Lagu ini baru benar benar populer ketika ditampilkan versi live di album Live Legend tahun 1975. Setahun sebelumnya, No Woman No Cry masuk di album Natty Dread. Itulah sepenggal kisah perkenalan saya dengan reggae. Lewat sebuah lagu manis sarat makna (memandang cinta dalam arti yang luas) di bulan Mei yang juga penuh cerita. Kelak saya juga mengerti, Mei adalah bulan dimana Bob Marley meninggal dunia. Tepatnya pada 11 Mei 1981.

Meskipun rasa cinta ini sudah saya jatuhkan pada lagu lagu slow rock, ska, pop alternative, dan lagu lagu balada berlirik lingkungan, namun bukan berarti tidak ada tempat untuk reggae.

Reggae selalu ada di hati, itu benar. Alasannya sederhana saja. Lagu ini bertempo lambat, tapi karakternya tidak jauh berbeda dengan ska. Dia selalu berhasil mengajak hati saya untuk berdansa dengan nada. Liriknya filosofis dan kaya makna. Dengan tempo yang lambat, pesan lebih mudah tersampaikan. Dan itu menjadi nilai tersendiri bagi pengusung lagu reggae.

Pada saat saya menuliskan ini (6 Februari 2012), Robert Nesta 'Bob' Marley sedang merayakan hari lahirnya yang ke 67. Seandainya dia masih hidup, mungkin dia akan berkata begini pada musisi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun