Bioteknologi itu bukan sesuatu yang asing. Tapi dulu ia diartikan hanya memanfaatkan mikroba. Misal, untuk peragian tempe.
Prof. Dr Bambang Sugiharto membuka acara Talk Show Bioteknologi dengan kalimat di atas. Sebagai Narasumber, ia tidak sendirian, melainkan bersama Prof. Dr Agus Pakpahan dan Ir. H. Arum Sabil. Selain itu masih ada empat orang Narasumber untuk mengisi Diskusi Penyangga, diantaranya adalah Dr. Netty Ermawati, Dra. Nurmalasari M.Si, dan Ir. Wahyu Giri Prasetyo, M.P.
Tak ketinggalan Bapak Hazmi yang membahas persoalan rekayasa genetika tanaman dari sisi Ulama. Menurutnya, halal haramnya sebuah makanan bisa dilihat dari tiga hal. Pertama, dilihat dari sisi materi itu sendiri. Lalu tentang proses pengolahan. Yang terakhir tentang cara mendapatkannya.
"Bioteknologi itu ikhtiar. Ikhtiar itu, salah saja dapat nilai satu apalagi benar."
Sebelumnya, Prof. Dr Agus Pakpahan telah mengatakan jika yang dikejar oleh Bioteknologi adalah aman pangan. Sedangkan di Indonesia ditambah lagi dengan Halal Haram.
Seorang Profesor dari Thailand juga turut bicara. Ia bilang, tanaman hasil biogenetika tidak perlu ditakutkan, sebab telah melewati berbagai tes dan penelitian.
Rangkaian acara Festival Tegalboto untuk memperingati 50 Tahun Universitas Jember
Dalam lagu berjudul Stress, Rhoma pernah mengingatkan kita tentang pertumbuhan penduduk yang semakin padat. Itu lagu lama. Tentu kini jumlah penduduk semakin membengkak, semuanya butuh tempat tinggal. Di sisi lain, lahan tak semakin luas. Dimana-mana terjadi kemudahan izin alih fungsi kawasan produksi menjadi hunian, dan hampir semua orang merasa hal alih fungsi ini baik-baik saja.
Banyak pakar berpendapat, kita butuh kejutan teknologi untuk mengejar aman pangan.
Barangkali itu yang menjadi inspirasi bagi Universitas Jember saat menghadirkan Talk Show Bioteknologi dengan mengusung tema; Aplikasi dan Regulasi Tanaman Produk Rekayasa Genetika.